Amanda memandang pantulan dirinya di depan cermin sekali lagi, memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna. Dia tarik sarung tangannya lebih tinggi, dan mengencangkan pita dibelakang pinggangnya. Memandang wajahnya lebih dekat, memastikan make up dan tatanan rambutnya sudah sesuai dengan yang dia inginkan. Ini hari yang dia begitu tunggu2, hari yang dia bayangkan sejak kecil, dia imajinasikan, dia impi2kan. Hari istimewa bagi setiap wanita.
Dia memandang keluar melalui jendela, tempat dimana dia akan menghabiskan sorenya kedepan, jajaran meja persegi berisikan makanan, dan barisan puluhan kursi yang akan diisi orang2 terdekatnya untuk berbagi kebahagiaan menyaksikan hari spesialnya ini.
Dia memperhatikan meja bundar itu, dimana terdapat banyak gelas2 ramping yang tersusun menjulang keatas, para staff berambut licin dengan seragam rapih putih bergaris biru sibuk mengisi champagne kuning keemasan berbuih putih kedalamnya sesempurna mungkin, memastikan tidak ada yang menetes diatas taplak sutera berwarna biru langit yang menjadi alas dibawahnya.
"So there you are" Suara lembut yang tegas itu secara tiba2 membuyarkan lamunannya, Amanda tahu dia akan datang, namun Amanda tetap pada posisinya, tidak bergeming. "I'm not gonna say this twice," ujar suara dari sosok dibelakangnya itu lagi "If you really feel this is not right, then you can turn around, back to me, and runaway from here, with me, right now" Amanda tetap diam, berusaha tetap tenang dan seakan masih melihat keluar sementara sebenarnya perasaannya telah campur aduk. "Sebelum semuanya terlambat" lanjut sosok itu lagi.
Amanda menoleh. "Sorry, I'm not gonna do that." Amanda memandangnya langsung pada mata lawan bicaranya yang berwarna cokelat, yang begitu teduh, yang selalu menenangkan, yang telah membuatnya jatuh cinta bertahun2 lalu.
"Lalu, apa alasan kamu meninggalkan pesan yang kamu bilang penting untuk segera menghubungi kamu, Amanda, jika bukan ingin aku selamatkan dari semua ini?" tanyanya.
Amanda tercekat, namun berusaha tetap terlihat dalam kendali "Aku justru mau kasih tahu kamu, bahwa aku telah memilih dia, aku telah memilih jalan hidupku, bahwa aku memutuskan untuk melupakan kamu, dan aku sudah terlalu lelah untuk berbohong pada teman2 kita, keluarga kita, bahkan pada orang tua bahwa tidak ada yang istimewa diantara kita" airmatanya menggenang di kelopak matanya, Amanda mengerjapkannya beberapa kali agar airmata itu menghilang dan tak menetes.
"Amanda, aku melakukan itu karena kamu bilang belum siap untuk mengungkapkan semuanya, bukan aku yang memilih untuk menyembunyikan hubungan ini. Aku melakukannya untuk kamu, dan aku yakin kamu tahu itu!" Ada nada ketegangan dalam suaranya. Amanda terdiam, dadanya terasa sesak. "Kamu udah bikin aku terbang dua puluh kilometer jauhnya kesini, melintasi benua, meninggalkan beberapa persidangan dari kasus penting yang aku pegang dalam pekerjaanku hanya untuk memberitahu aku bahwa kamu akan menikah dengan pria yang tidak kamu cintai, di hari anniversary kita? Seriously? Dari 365hari yang ada, lalu kamu pilih hari ini? Hari yang selalu kita peringati bersama disetiap tahunnya dalam delapan tahun terakhir? What kind of joke is this?" Amanda melihat tangan lawan bicaranya mengepal, terlihat begitu kesal.
"I'm sorry, Sam. I'm telling you, I'm gonna marry him, and I'm gonna stay in this country, I'm gonna leave all my memories with you. And you're not gonna make me cry on my wedding day!" Amanda merasakan dagunya gemetar, dia menggigit bibirnya, menahan tangis.
"No, Amanda. I know you're lying. I know you don't want this. Dan kamu ngelakuin ini semua hanya demi orangtua kamu. Kamu patut mendapatkan kebahagiaan, more than this whole fake bullshit things! Let's start over, with me, Sayang." langkahnya mendekat
"Stop, stay there, jangan mendekat, Sam" Amanda mundur selangkah lalu berbalik, memandang lagi keluar, dimana bunga2 putih menghampar diseluruh rumput hijau dengan karpet menuju ke altar. Bel gereja berdentang empat kali, menandakan upacaranya akan segera dimulai.
"Baik kalau begitu. So, I need you to look me in the eyes. Tell me that you don't love me, that you don't want me, that I mean nothing for you. Do it now, lalu aku akan pergi dari kehidupan kamu, selamanya." ujarnya pada Amanda.
Ada jeda yang begitu panjang, kesunyian menyesap diantara mereka, Amanda merasa aliran darahnya bederu begitu cepat berjalan keatas tubuhnya, mengalirkannya keotak agar dapat berpikir dan merespon lebih cepat, namun kalimat itu begitu sulit keluar dari mulutnya, seperti tercekat di tenggorokan. Ada rasa panas menjalar ke wajah serta di kelopak matanya. Amanda menarik napas, sementara sosok dibelakangnya masih berdiri menunggu, takkan pergi sebelum mendengar jawabannya, jawaban yang bahkan Amanda sendiri tak ingin dengar, dan yakin bahwa lawan bicaranya memiliki keinginan yang sama dengan Amanda. Kesunyian itu seakan membuat Amanda dapat mendengar detak jantungnya sendiri "I don't love you, Sam. I'm so sorry" kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar tidak terlalu meyakinkan. Amanda jelas berbohong. Amanda memandang lawan bicaranya sekilas, lalu menunduk kan kepalanya, tak mampu memandang lawan bicaranya lebih lama, khawatir kebohongannya diketahui dengan begitu mudah. Amanda melihat airmatanya terjatuh ke lantai kayu mengkilap yang berwarna coklat tua yang menjadi pijakannya.
"Well, congratulation. I hope you're happy." Suara lawan bicaranya tercekat, terdengar rapuh dan begitu kecewa. Amanda tetap diam menahan napasnya, agar bahunya tak berguncang. "Have a nice life" ujarnya lagi, lalu terdengar suara langkah kaki menjauh.
Amanda tetap diam disana. Dia tahu dirinya telah berbohong. Dadanya sesak dan hatinya seakan teriris.
Terdengar langkah kaki mendekat, dan sepasang tangan kokoh memeluknya dengan erat dari belakang, menusukkan ujung hidungnya yang runcing ke pipi Amanda dengan lembut. Amanda menghapus airmatanya, lalu menoleh. Pria berjas hitam yang berdiri didepannya itu begitu tampan, dengan matanya yang berbinar karena bahagia.
"Can you believe this? Our big day, Baby." senyum lebarnya menyeringai menghiasi wajahnya yang begitu atletis. "Oh, you look so gorgeous, Baby." Lalu mengecup kening Amanda lembut.
"You too, Partick. You look great as always, Sayang" ujar Amanda melingkarkan kedua lengan dipinggangnya.
"So are you ready for this?" Ujar pria itu.
"Yes, I can't wait any longer!" Jawab Amanda. Lalu Patrick menggandeng tangan Amanda, menemaninya melangkah keluar ruangan menuju ayah Amanda yang telah menunggunya.
"By the way, I saw Sam in the corridor. Dia bilang dia harus pergi. Sayang sekali dia nggak bisa lihat upacara pernikahan kita" Tanya Patrick.
"Yeah, too bad." ujar Amanda datar. Berbohong lagi.
Patrick berpaling menatap wajah Amanda, menurunkan kain hiasan kepala menutupi wajahnya. "Aku tunggu kamu di altar." Ujarnya, lalu meninggal Amanda bersama ayahnya untuk berjalan menuju altar saat musik dimulai.
Amanda mengucapkan 'I do' lalu pendeta mengesahkan mereka menjadi suami istri, lalu mereka diperkenankan berciuman.
Amanda dapat melihatnya, Sam, memandangnya dari kejauhan, lalu berjalan menjauh meninggalkan area pesta pernikahannya dengan mobil dengan kap terbuka, membiarkan angin sore menghembus melewati rambutnya yang dikuncir ekor kuda. Amanda ingat betapa dia menyukai aroma lavender yang selalu tercium dari rambut Sam saat Sam berada disekitarnya, dia yakin dia akan sangat merindukannya, Samantha, teman wanita yang sebenarnya begitu dicintainya itu.
----
Ketika semua orang merasa pantas untuk menilai orang lain. Dimana ada hal2 yang dianggap begitu tabu.
Bukankah kita semua patut berbahagia, dengan apapun kenyataannya, bagaimanapun perasaan yang kita miliki, siapapun orang yang kita pilih, demi mendapatkan kebahagiaan versi kita masing2?
Bagaimana dengan kamu??
Sabtu, 02 Februari 2013
Kamis, 31 Januari 2013
Dala
Hati saya lagi2 seakan runtuh.
Beberapa jam lalu, kawan SMP saya, memasang foto seorang bayi yang terlihat sedikit membiru. Saya bertanya dengan iba, foto bayi siapa itu? Teman saya itu menjelaskan bahwa itu putri temannya, yang baru saja meninggal, karena divonis leukemia sejak usianya 3 bulan.
Beberapa waktu kemudian ketika saya menonton tv, tersiarlah beritanya. Ternyata bayi perempuan cantik itu adalah putri seorang drummer dari sebuah band indonesia.
Namanya Dala, yang saya tahu arti nama Dala adalah "daun bunga". Usianya baru 1 tahun 3 bulan saat pergi. Dari yang saya dengar, Dala menjalani berbagai terapi dan kemoterapi setahun terakhir, hingga keluar negeri. Saya kembali ingat foto itu, riak wajahnya terlihat tenang, dipipinya yang bulat penuh sempurna masih ada semburat warna kemerahan, begitu pula bibir mungilnya yang menyunggingkan senyum sepintas. Rambutnya hitam dan penuh. Alisnya gelap, membentuk satu garis lurus dan membengkok dimasing2 ujung luar dengan begitu anggun. Dia mengenakan baju terusan berwarna pastel, kedua tangannya menjadi satu, diikat dengan seutas kain putih, jemari lentiknya yang mulai terlihat kebiruan mengait satu sama lain. Sementara hidungnya tersumbat kapas kecil berwarna putih. Ibunya yang mengenakan kerudung mencium dahinya dengan tenang, terlihat begitu ikhlas dan tabah, terlihat mengerti bahwa ini memang sudah saatnya, dan yakin bahwa kini Dala lebih berbahagia dialam sana.
Innalillahi wa innalillahi rojiun. Tidak pernah ada yang bisa mengetahui rencana Allah SWT, namun saya yakin ini adalah rencana yang terbaik untuk Dala dan keluarganya.
Satu malaikat kecil lagi pergi ke surga. Ketika sadar, malam ini, saya lihat langit begitu cerah, tidak seperti biasanya. Seakan langit turut menyambut kembalinya Dala kepangkuan Dia Yang Maha Besar.
Saya turut berduka cita, yang sedalam2nya.
Semoga anakku Baby O, senantiasa sehat, dan kelak berumur panjang. Amin.
Beberapa jam lalu, kawan SMP saya, memasang foto seorang bayi yang terlihat sedikit membiru. Saya bertanya dengan iba, foto bayi siapa itu? Teman saya itu menjelaskan bahwa itu putri temannya, yang baru saja meninggal, karena divonis leukemia sejak usianya 3 bulan.
Beberapa waktu kemudian ketika saya menonton tv, tersiarlah beritanya. Ternyata bayi perempuan cantik itu adalah putri seorang drummer dari sebuah band indonesia.
Namanya Dala, yang saya tahu arti nama Dala adalah "daun bunga". Usianya baru 1 tahun 3 bulan saat pergi. Dari yang saya dengar, Dala menjalani berbagai terapi dan kemoterapi setahun terakhir, hingga keluar negeri. Saya kembali ingat foto itu, riak wajahnya terlihat tenang, dipipinya yang bulat penuh sempurna masih ada semburat warna kemerahan, begitu pula bibir mungilnya yang menyunggingkan senyum sepintas. Rambutnya hitam dan penuh. Alisnya gelap, membentuk satu garis lurus dan membengkok dimasing2 ujung luar dengan begitu anggun. Dia mengenakan baju terusan berwarna pastel, kedua tangannya menjadi satu, diikat dengan seutas kain putih, jemari lentiknya yang mulai terlihat kebiruan mengait satu sama lain. Sementara hidungnya tersumbat kapas kecil berwarna putih. Ibunya yang mengenakan kerudung mencium dahinya dengan tenang, terlihat begitu ikhlas dan tabah, terlihat mengerti bahwa ini memang sudah saatnya, dan yakin bahwa kini Dala lebih berbahagia dialam sana.
Innalillahi wa innalillahi rojiun. Tidak pernah ada yang bisa mengetahui rencana Allah SWT, namun saya yakin ini adalah rencana yang terbaik untuk Dala dan keluarganya.
Satu malaikat kecil lagi pergi ke surga. Ketika sadar, malam ini, saya lihat langit begitu cerah, tidak seperti biasanya. Seakan langit turut menyambut kembalinya Dala kepangkuan Dia Yang Maha Besar.
Saya turut berduka cita, yang sedalam2nya.
Semoga anakku Baby O, senantiasa sehat, dan kelak berumur panjang. Amin.
Kamis, 24 Januari 2013
The Smiths at Waterboom Cikarang
Beberapa waktu yang lalu, empat sepupu Baby O yang sama2 berdarah Smith, yaitu : Kak Idrus, Kak
Hassan, Kak Ahmad dan Kak Sarah yang tinggal di Sydney, datang
berlibur ke Jakarta.
Kedatangannya kali ini sehubungan dengan ulang tahun Neneknya, yaitu adik dari alm. kakeknya Baby O. Akhirnya berhubung waktu itu Abah udah janjiin ngajak Baby O berenang diulang bulannya yang ke 11 bulan, maka sekalian deh kita ajak sodara2 untung bergabung ke Waterboom Lippo Cikarang.
Seru banget deh berenang rame2 sama sepupu2. Sayang Baby Sarah nggak ikut. Baby O juga berenang sama Om Maher, Om Nizar, Om Zaky, Tante Zaenab, dan Tante Samiya akhirnya.
That was sooooo fun. Insya Allah next meet up Baby O main ke Sydney ya, Kak :)
![]() |
Kak Ahmad, 2 tahun. |
![]() |
Kak Idrus, 5 tahun. |
![]() |
Kak Hassan, 3 tahun. |
Seru banget deh berenang rame2 sama sepupu2. Sayang Baby Sarah nggak ikut. Baby O juga berenang sama Om Maher, Om Nizar, Om Zaky, Tante Zaenab, dan Tante Samiya akhirnya.
![]() |
The Smiths |
![]() |
Baby O & Kak Ahmad. Dibelakang ada Om Nizar & Om Maher. |
![]() |
Kak Ahmad & Abahnya, Om Maher. |
![]() |
The Smiths :) |
Selasa, 15 Januari 2013
11 Months Baby O
Selamat 11 bulan anakku sayang!
Nggak terasa tau2 udah 11 bulan. Bulan depan ulang tahun deh kesayangan Mama. Maka Baby O udah bukan bayi lagiiii. Waktu begitu cepat berlalu.
Kepintaran Baby O makin bertambah. Sekarang kalau ditanya "Mana giginya?" dia akan nyengir. Ataupun pipi. Kebanyakan sejauh ini pinter kalo suruh niru gerakan tertentu. Ngocehnya juga udah makin heboh, dan sering kali suaranya memekakkan telinga. Ada kalanya kadang mengganggu pendengaran orang, saking lantangnya suaranya :D
Sekarang kalo Mama/Abahnya nunjuk kesuatu tempat lalu bilang "Bobo sini yuk, bobo." Baby O akan segera nyamperion dan berbaring. Super lucuuu!
Juga udah mulai bisa "minta" dengan cara ngejulurin tangannya kearah kita, atau kalo kita minta maka Baby O akan ngasih barang yang dia pegang. Nyuapin orang juga bisa, kalo lagi makan dan kita minta nanti makanannya akan disodorin, baik banget :)
Ulang tahun ke 11 bulan ini Mama beliin buku baru untuk Baby O. Ada dua buku, keduanya berbahasa Inggris, yang satu "Naughty Kitten" bercerita kucing. Buku ini buku touch and feel adventure. Gambar kucingnya berbahan beludru, sementara gambar2 lainnya ada yang berupa kertas timbul, jadi ada sensasi jika disentuh.
Satu lagi judulnya "The Very Funny Fish" its a peek a boo pop ups book. Dimana setiap halaman akan menceritakan hewan2 penghuni laut dengan gambar yang muncul dari dalam.
Baby O suka sekali kedua buku ini. Harapannya sih cuma biar Baby O mulai terbiasa dengan membaca, dan semoga suka kaya Mama & Abahnya, amin :)
Sehat selalu ya, Sayang Mama :*
![]() |
11months Baby O |
Nggak terasa tau2 udah 11 bulan. Bulan depan ulang tahun deh kesayangan Mama. Maka Baby O udah bukan bayi lagiiii. Waktu begitu cepat berlalu.
Kepintaran Baby O makin bertambah. Sekarang kalau ditanya "Mana giginya?" dia akan nyengir. Ataupun pipi. Kebanyakan sejauh ini pinter kalo suruh niru gerakan tertentu. Ngocehnya juga udah makin heboh, dan sering kali suaranya memekakkan telinga. Ada kalanya kadang mengganggu pendengaran orang, saking lantangnya suaranya :D
Sekarang kalo Mama/Abahnya nunjuk kesuatu tempat lalu bilang "Bobo sini yuk, bobo." Baby O akan segera nyamperion dan berbaring. Super lucuuu!
Juga udah mulai bisa "minta" dengan cara ngejulurin tangannya kearah kita, atau kalo kita minta maka Baby O akan ngasih barang yang dia pegang. Nyuapin orang juga bisa, kalo lagi makan dan kita minta nanti makanannya akan disodorin, baik banget :)
Ulang tahun ke 11 bulan ini Mama beliin buku baru untuk Baby O. Ada dua buku, keduanya berbahasa Inggris, yang satu "Naughty Kitten" bercerita kucing. Buku ini buku touch and feel adventure. Gambar kucingnya berbahan beludru, sementara gambar2 lainnya ada yang berupa kertas timbul, jadi ada sensasi jika disentuh.
Satu lagi judulnya "The Very Funny Fish" its a peek a boo pop ups book. Dimana setiap halaman akan menceritakan hewan2 penghuni laut dengan gambar yang muncul dari dalam.
![]() |
Buku baru Baby O dari Mama "Naughty Kitten" |
![]() | ||||||
"Aku ceritain ya.." |
![]() |
Baby O dan buku "The Very Funny Fish" dengan gambar yang timbul. |
Sehat selalu ya, Sayang Mama :*
Selasa, 08 Januari 2013
Cerpen : Perempuan.
Karissa menatap sekilas gadis berambut panjang yang sejak dari tadi tertunduk di meja restaurant tersebut yang sepertinya ia kenal, namun terlalu enggan untuk menyapa. Karissa tetap duduk, meniup kopinya yang sebenarnya tidak lagi panas, sambil sesekali mencuri pandang pada lelaki yang duduk disebelah gadis tersebut. Lelaki beralis tebal itu terus bicara dengan intonasi yang kini membuat suasana menjadi tidak nyaman.
Bahu si gadis berguncang2 diatas tangannya yang terlipat, kepalanya sedikit terangkat memandang lelaki itu dengan wajah tak berbahagia. Alis lelaki itu bertaut, membuat wajahnya yang garang semakin terlihat kejam, dia mulai membentak dan sesekali memaki, membuat gadis itu makin berurai air mata. Tangan besar lelaki itu kini terlihat mencengkram lengan si gadis begitu erat, meninggalkan bekas yang berwarna keputihan.
Karissa berusaha memalingkan wajah dari pemandangan di meja seberangnya tersebut, berusaha fokus dengan kopinya.
Pasangan di depan mejanya terdengar berargumen, si gadis masih menangis, suara lelaki itu semakin terdengar semakin keras. Karissa mulai sedikit terganggu, namun staff restaurant yang sebenarnya juga memperhatikan sedari tadi terlalu sungkan untuk menginterupsi, entah enggan, entah tak ingin ikut campur, atau memang mereka punya begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan pada restaurant yang tidak terlalu ramai malam ini.
Ketika bunyi tamparan disusul erangan yang berasal dari si gadis di meja seberang, Karissa benar benar memperlihatkan kepada mereka bahwa ia memang mengamati keduanya, untuk membuat lelaki berbadan tegap itu gusar. Lelaki itu mulai berdiri, berusaha mengajak gadis yang masih duduk dan menunduk itu pergi dengan menarik lengannya sambil berusaha terlihat mengontrol emosinya dan memaksakan kehendaknya secara diam diam dengan menggenggam kuat lengan gadis itu sekali lagi, meskipun jelas sekali gadis itu enggan. Lelaki itu akhirnya menghempaskan lengan gadis itu ke meja, membuat cangkir dan gelas2 kristal berisi air putih itu berguncang membasahi taplak meja putih bercorak keemasan sebelum akhirnya mengambil jaketnya yang dia letakkan diatas meja lalu pergi meninggalkan restaurant, tanpa sudi membantu gadis yang kini terjatuh di lantai itu untuk duduk kembali di bangkunya.
Ada segenap rasa enggan untuk menghampiri, namun ketika akhirnya Karissa melangkah mendekati, sang gadis sudah duduk kembali di kursinya dengan cepat berharap kejadian tersebut tidak terlalu menarik perhatian.
Karissa menawarkan bantuan yang disambut dengan gelengan kepala dan senyum sopan yang dipaksakan dari si gadis yang kini mulai menghapus jejak jejak airmata diwajah ayunya.
"Nina, kamu nggak apa apa?" Karissa memberanikan diri bertanya. Gadis itu memandang sedikit terkejut.
"Nggak apa apa. Makasih" ujarnya si gadis bernama Nina menoleh pada Karissa. Tangis Nina pecah.
Karissa menarik kursi, duduk condong dengan ragu ragu di sebelahnya, "Mau pulang? Aku antar yuk? Kan satu arah"
"Nggak usah, makasih. Aku nggak apa2, beneran." ujarnya sambil menunduk menahan tangis, menurunkan tangannya yang sedari tadi diatas meja.
Karissa melihatnya. Noda noda bulat coklat kemerahan yang begitu ia kenal didalam lengan gadis itu yang berusaha disembunyikannya dengan canggung. Ia mendapati dirinya bingung, haruskah ia pergi, atau menunggu. Haruskah ia bertanya, atau menutup mata seperti yang lalu lalu.
Karissa mengenal Nina di kampusnya. Tidak berteman baik, jarang saling menyapa, namun sering kali berada dalam satu kelas di mata kuliah yang kebetulan diambil bersama, dan serangkaian kesempatan berpapasan tanpa bicara di area kampusnya. Gadis yang cantik itu, yang berambut kecoklatan sebahu, yang begitu ramping dan berjari lentik, dengan bola mata bulat yang penuh dengan senyuman mengembang kerap kali terlihat disekitar kampus selalu terlihat berbahagia.
"I'm okay, serious. Thank you." Ujar Nina lagi, isyarat agar Karissa segera pergi.
"Itu tadi siapa, pacar kamu?" Karissa memberanikan bertanya. Nina mengangguk. "Berantem?"
"Cuma ada salah paham sedikit kok."
"Lalu tangan kamu kenapa? Dia yang buat?" Karissa akhirnya memberanikan diri bertanya. Nina tetap diam, lalu menyembunyikan noda itu dengan rambut panjangnya. "Salah paham juga?" Karissa bertanya lagi.
Nina menggeleng.
"Jangan tanya tanya itu." Nina menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa pacarnya tidak kembali dan mencuri dengar pertanyaan barusan sebelum kembali pada posisinya yang semula, melipat tangannya dan meletakan kepala diatasnya dengan bahu berguncang guncang, berusaha menangis dalam diam.
"Yuk, kamu mau pulang aja? Aku anter ya? Nggak repot kok. Kita kan suka ketemu di kampus, kamu masih inget aku kan? Karissa. Kita kan suka sekelas" Karissa merayu, membuat Nina terlihat nyaman dengan kehadirannya, berusaha membuat Nina merasa akrab dengan pertemuan pertemuan tak disengaja mereka di kampus sejak beberapa tahun silam.
"Enggak. Enggak, Karissa. Makasih. Udah, nanti aku bisa pulang sendiri. Jangan libatin kamu sama masalah aku. Makasih ya" Gadis itu tersenyum sekilas menahan tangis, menyeka air matanya sambil menoleh sekali lagi ke belakang.
"Okay kalo begitu" Karissa mengeluarkan pulpen, "Ini just in case kamu butuh." Karissa menuliskan sesuatu diatas kertas, dan menyodorkannya pada Nina. "You know, if you need someone to talk, atau butuh cerita atau apa, mungkin aku bisa bantu. Atau mungkin mau hang out kapan kapan." Karissa berusaha mengakrabkan diri, untuk membuat Nina merasa aman, sekali lagi. Nina masih diam menunduk. "Kamu tahu kan bahwa kamu cantik?" Nina diam. "Kamu bisa dapetin pengganti dia begitu aja. Kamu bisa dapat yang lebih baik. Kamu nggak patut ngalamin semua ini, Nina. Sama sekali. Percaya sama aku. You have to go from this situation."
"You wanna be here all night or what???" Tiba tiba terdengar suara lelaki itu lagi, kali ini begitu keras, Nina segera bangkit lalu pergi tanpa menoleh ke Karissa, berharap lelaki itu tidak mendengar apa yang baru saja Karissa katakan, berusaha tidak kembali menyulut emosi pacarnya kembali. Dia tidak ingin membuat dirinya terlibat masalah lebih jauh lagi. Lalu mereka pergi meninggalkan restaurant, berjalan berdampingan, berusaha acuh satu sama lain, meninggalkan kertas berisi nomer telepon yang tadi diberikan Karissa diatas meja.
Betapa Karissa membenci dirinya sendiri. Dia tahu sekali hal macam ini, dan mengutuk dirinya sendiri untuk tidak dapat berbuat apapun. Nina mengalami kekerasan, atau hubungan yang tak sehat, dia yakin itu. Karissa heran, kenapa semua perempuan selalu bertahan dalam hubungan seperti ini? Berusaha tegar menghadapi penyiksaan macam ini dan tidak ingin pergi dari situasi tersebut? Kenapa mereka begitu mencintai pria pria yang memukuli mereka, yang memaki dan merendahkan mereka, menyundut lengan mereka dengan rokok, lalu tetap bersamanya? Bahkan bersikap lebih manis untuk menyenangkan penyiksa mereka. Berpura pura bahwa itu adalah hal yang biasa, hal wajar yang terjadi dalam hubungan percintaan, hal umum yang dialami semua perempuan. Karissa tidak habis pikir. Dia mengutuk dirinya sekali lagi, atas ketidakbisaannya menolong Nina melalui hal ini, lalu memutuskan pulang.
Sampai di rumah Karissa tidak dapat menemukan kuncinya, maka ia menekan bel karena yakin ibunya belum tidur.
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Pintu belum dibukakan. Maka ia menekan bel keempat kalinya karena yakin ada orang didalam dari lampu ruang tengah yang menyala dan suara tv dari dalam.
Terdengar teriakan dan bunyi sesuatu yang pecah. Mungkin cermin, mungkin gelas, atau piring. Karissa panik, menumpahkan isi tasnya sekarang juga, berusaha menemukan kunci, membuka pintu lalu segera berlari ke dalam.
Teriakan itu terdengar lebih keras, ia berlari lebih cepat, membuka pintu kamar, menemukan ibunya yang dalam pakaian yang telah tersobek dibeberapa bagian, meringkuk dipojokan, melindungi diri dari sapuan ikat pinggang berkepala besi ayahnya.
"Jangan ganggu Mama! Jangan!" Karissa menerkam ayahnya yang berperawakan tinggi besar tersebut. Aroma alkohol tercium, ayahnya jelas mabuk. Lagi. "Jangan sentuh Mama! Pergi! Kemarin nggak ada Papa dua bulan kita hidup kita tenang! Pergi!"
"Kamu anak kecil tau apa sih? Anak sialan!" Ujar ayahnya dengan rokok dimulutnya, kini berpaling pada Karissa, menghujaninya dengan pukulan2 yang tadi diberikan untuk ibunya.
Karissa meringkuk dalam posisi yang sama seperti yang ibunya tadi lakukan, bertahan dari pukulan demi pukulan. Dia berhasil mengalihkan perhatian, ibunya kini pergi mencari bantuan, entah kemana, entah pada siapa, entah berapa lama.
Hujaman ikat pinggang menyapu tubuhnya bertubi2. "Anak setan!" Ayahnya tak puas, kini mulai menjambak, memukul, dan menghempas Karissa ke dinding dan ke lantai, seperti yang sejak kecil dia rasakan. Lalu menyapukan ikat pinggang itu lagi keras2. Tidak seperti dulu yang selalu memohon pada ayahnya untuk berhenti sambil menangis, kini dia lebih kuat, merasa lebih tegar, dan lebih terbiasa menghadapi keadaan seperti ini. Entah masalah sepele apa yang menyulut emosi ayahnya kali ini, entah dari kopi yang terlalu panas, atau makanan yang tersaji terlalu lama, atau hanya karena noda cangkir pada korannya. Apapun alasannya, namun dalam hatinya dia berdoa, agar semua ini cepat berhenti, berlalu, berharap emosi ayahnya segera surut. Rasa asin mulai terasa dilidahnya. Entah dari bibir yang sobek, atau darah dari hidung atau dari dahinya yang mengucur, ataupun kesemuanya. Dia tidak tahu. Yang penting dia bisa menyelamatkan wanita yang begitu dicintainya itu dari tindakan ayahnya ini. Lagi.
----
Saya buat untuk kalian, Karissa2 lain dan Nina2 lain yang berada di luar sana, korban2 yang telah mengalami hal serupa dari cerita yang saya buat diatas.
Kehadiran pasangan seharusnya membuat aman, menjaga, mencintai, mengasihi dengan sepenuh hati.
Kita perempuan seharusnya dilindungi, dibuat nyaman dengan lelaki yang kita telah pilih untuk menemani sisa hidup kita selamanya.
Kita seharusnya diperlakukan dengan baik, dengan lembut, dengan penuh cinta, dengan penuh hormat.
Permasalahan apapun bisa diselesaikan tanpa harus menggunakan kekerasan.
Dan untuk kamu,sahabat saya yang tidak saya sebutkan namanya.
Semoga kejadian kejadian macam ini tidak terulang lagi dalam hidup kamu.
Atau semoga kamu segera sadar bahwa dia tidak patut dipertahankan atas dasar perlakuannya, atas penyiksaannya terhadap kamu, baik fisik ataupun mental.
Semoga kamu segera pergi dari situasi ini.
Semoga kamu mengerti bahwa kamu patut mendapatkan yang lebih baik.
Semoga ibu mertua kamu tidak lagi menutup matanya, atas perlakuan terang2an anaknya terhadap kamu.
Semoga ibu mertua kamu sadar, bahwa apapun alasannya, pemukulan terhadap perempuan dari pasangannya tidak pernah dibenarkan, atas dasar apapun.
Jikapun kata2 dan nasihatku tidak kamu pedulikan hanya karena kamu merasa kuat mengalami ini dan merasa mampu bertahan menangani ini setiap harinya, ingatlah, bahwa anakmu yang selalu menjadi saksi justru adalah "korban" yang sesungguhnya.
Bahu si gadis berguncang2 diatas tangannya yang terlipat, kepalanya sedikit terangkat memandang lelaki itu dengan wajah tak berbahagia. Alis lelaki itu bertaut, membuat wajahnya yang garang semakin terlihat kejam, dia mulai membentak dan sesekali memaki, membuat gadis itu makin berurai air mata. Tangan besar lelaki itu kini terlihat mencengkram lengan si gadis begitu erat, meninggalkan bekas yang berwarna keputihan.
Karissa berusaha memalingkan wajah dari pemandangan di meja seberangnya tersebut, berusaha fokus dengan kopinya.
Pasangan di depan mejanya terdengar berargumen, si gadis masih menangis, suara lelaki itu semakin terdengar semakin keras. Karissa mulai sedikit terganggu, namun staff restaurant yang sebenarnya juga memperhatikan sedari tadi terlalu sungkan untuk menginterupsi, entah enggan, entah tak ingin ikut campur, atau memang mereka punya begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan pada restaurant yang tidak terlalu ramai malam ini.
Ketika bunyi tamparan disusul erangan yang berasal dari si gadis di meja seberang, Karissa benar benar memperlihatkan kepada mereka bahwa ia memang mengamati keduanya, untuk membuat lelaki berbadan tegap itu gusar. Lelaki itu mulai berdiri, berusaha mengajak gadis yang masih duduk dan menunduk itu pergi dengan menarik lengannya sambil berusaha terlihat mengontrol emosinya dan memaksakan kehendaknya secara diam diam dengan menggenggam kuat lengan gadis itu sekali lagi, meskipun jelas sekali gadis itu enggan. Lelaki itu akhirnya menghempaskan lengan gadis itu ke meja, membuat cangkir dan gelas2 kristal berisi air putih itu berguncang membasahi taplak meja putih bercorak keemasan sebelum akhirnya mengambil jaketnya yang dia letakkan diatas meja lalu pergi meninggalkan restaurant, tanpa sudi membantu gadis yang kini terjatuh di lantai itu untuk duduk kembali di bangkunya.
Ada segenap rasa enggan untuk menghampiri, namun ketika akhirnya Karissa melangkah mendekati, sang gadis sudah duduk kembali di kursinya dengan cepat berharap kejadian tersebut tidak terlalu menarik perhatian.
Karissa menawarkan bantuan yang disambut dengan gelengan kepala dan senyum sopan yang dipaksakan dari si gadis yang kini mulai menghapus jejak jejak airmata diwajah ayunya.
"Nina, kamu nggak apa apa?" Karissa memberanikan diri bertanya. Gadis itu memandang sedikit terkejut.
"Nggak apa apa. Makasih" ujarnya si gadis bernama Nina menoleh pada Karissa. Tangis Nina pecah.
Karissa menarik kursi, duduk condong dengan ragu ragu di sebelahnya, "Mau pulang? Aku antar yuk? Kan satu arah"
"Nggak usah, makasih. Aku nggak apa2, beneran." ujarnya sambil menunduk menahan tangis, menurunkan tangannya yang sedari tadi diatas meja.
Karissa melihatnya. Noda noda bulat coklat kemerahan yang begitu ia kenal didalam lengan gadis itu yang berusaha disembunyikannya dengan canggung. Ia mendapati dirinya bingung, haruskah ia pergi, atau menunggu. Haruskah ia bertanya, atau menutup mata seperti yang lalu lalu.
Karissa mengenal Nina di kampusnya. Tidak berteman baik, jarang saling menyapa, namun sering kali berada dalam satu kelas di mata kuliah yang kebetulan diambil bersama, dan serangkaian kesempatan berpapasan tanpa bicara di area kampusnya. Gadis yang cantik itu, yang berambut kecoklatan sebahu, yang begitu ramping dan berjari lentik, dengan bola mata bulat yang penuh dengan senyuman mengembang kerap kali terlihat disekitar kampus selalu terlihat berbahagia.
"I'm okay, serious. Thank you." Ujar Nina lagi, isyarat agar Karissa segera pergi.
"Itu tadi siapa, pacar kamu?" Karissa memberanikan bertanya. Nina mengangguk. "Berantem?"
"Cuma ada salah paham sedikit kok."
"Lalu tangan kamu kenapa? Dia yang buat?" Karissa akhirnya memberanikan diri bertanya. Nina tetap diam, lalu menyembunyikan noda itu dengan rambut panjangnya. "Salah paham juga?" Karissa bertanya lagi.
Nina menggeleng.
"Jangan tanya tanya itu." Nina menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa pacarnya tidak kembali dan mencuri dengar pertanyaan barusan sebelum kembali pada posisinya yang semula, melipat tangannya dan meletakan kepala diatasnya dengan bahu berguncang guncang, berusaha menangis dalam diam.
"Yuk, kamu mau pulang aja? Aku anter ya? Nggak repot kok. Kita kan suka ketemu di kampus, kamu masih inget aku kan? Karissa. Kita kan suka sekelas" Karissa merayu, membuat Nina terlihat nyaman dengan kehadirannya, berusaha membuat Nina merasa akrab dengan pertemuan pertemuan tak disengaja mereka di kampus sejak beberapa tahun silam.
"Enggak. Enggak, Karissa. Makasih. Udah, nanti aku bisa pulang sendiri. Jangan libatin kamu sama masalah aku. Makasih ya" Gadis itu tersenyum sekilas menahan tangis, menyeka air matanya sambil menoleh sekali lagi ke belakang.
"Okay kalo begitu" Karissa mengeluarkan pulpen, "Ini just in case kamu butuh." Karissa menuliskan sesuatu diatas kertas, dan menyodorkannya pada Nina. "You know, if you need someone to talk, atau butuh cerita atau apa, mungkin aku bisa bantu. Atau mungkin mau hang out kapan kapan." Karissa berusaha mengakrabkan diri, untuk membuat Nina merasa aman, sekali lagi. Nina masih diam menunduk. "Kamu tahu kan bahwa kamu cantik?" Nina diam. "Kamu bisa dapetin pengganti dia begitu aja. Kamu bisa dapat yang lebih baik. Kamu nggak patut ngalamin semua ini, Nina. Sama sekali. Percaya sama aku. You have to go from this situation."
"You wanna be here all night or what???" Tiba tiba terdengar suara lelaki itu lagi, kali ini begitu keras, Nina segera bangkit lalu pergi tanpa menoleh ke Karissa, berharap lelaki itu tidak mendengar apa yang baru saja Karissa katakan, berusaha tidak kembali menyulut emosi pacarnya kembali. Dia tidak ingin membuat dirinya terlibat masalah lebih jauh lagi. Lalu mereka pergi meninggalkan restaurant, berjalan berdampingan, berusaha acuh satu sama lain, meninggalkan kertas berisi nomer telepon yang tadi diberikan Karissa diatas meja.
Betapa Karissa membenci dirinya sendiri. Dia tahu sekali hal macam ini, dan mengutuk dirinya sendiri untuk tidak dapat berbuat apapun. Nina mengalami kekerasan, atau hubungan yang tak sehat, dia yakin itu. Karissa heran, kenapa semua perempuan selalu bertahan dalam hubungan seperti ini? Berusaha tegar menghadapi penyiksaan macam ini dan tidak ingin pergi dari situasi tersebut? Kenapa mereka begitu mencintai pria pria yang memukuli mereka, yang memaki dan merendahkan mereka, menyundut lengan mereka dengan rokok, lalu tetap bersamanya? Bahkan bersikap lebih manis untuk menyenangkan penyiksa mereka. Berpura pura bahwa itu adalah hal yang biasa, hal wajar yang terjadi dalam hubungan percintaan, hal umum yang dialami semua perempuan. Karissa tidak habis pikir. Dia mengutuk dirinya sekali lagi, atas ketidakbisaannya menolong Nina melalui hal ini, lalu memutuskan pulang.
Sampai di rumah Karissa tidak dapat menemukan kuncinya, maka ia menekan bel karena yakin ibunya belum tidur.
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Pintu belum dibukakan. Maka ia menekan bel keempat kalinya karena yakin ada orang didalam dari lampu ruang tengah yang menyala dan suara tv dari dalam.
Terdengar teriakan dan bunyi sesuatu yang pecah. Mungkin cermin, mungkin gelas, atau piring. Karissa panik, menumpahkan isi tasnya sekarang juga, berusaha menemukan kunci, membuka pintu lalu segera berlari ke dalam.
Teriakan itu terdengar lebih keras, ia berlari lebih cepat, membuka pintu kamar, menemukan ibunya yang dalam pakaian yang telah tersobek dibeberapa bagian, meringkuk dipojokan, melindungi diri dari sapuan ikat pinggang berkepala besi ayahnya.
"Jangan ganggu Mama! Jangan!" Karissa menerkam ayahnya yang berperawakan tinggi besar tersebut. Aroma alkohol tercium, ayahnya jelas mabuk. Lagi. "Jangan sentuh Mama! Pergi! Kemarin nggak ada Papa dua bulan kita hidup kita tenang! Pergi!"
"Kamu anak kecil tau apa sih? Anak sialan!" Ujar ayahnya dengan rokok dimulutnya, kini berpaling pada Karissa, menghujaninya dengan pukulan2 yang tadi diberikan untuk ibunya.
Karissa meringkuk dalam posisi yang sama seperti yang ibunya tadi lakukan, bertahan dari pukulan demi pukulan. Dia berhasil mengalihkan perhatian, ibunya kini pergi mencari bantuan, entah kemana, entah pada siapa, entah berapa lama.
Hujaman ikat pinggang menyapu tubuhnya bertubi2. "Anak setan!" Ayahnya tak puas, kini mulai menjambak, memukul, dan menghempas Karissa ke dinding dan ke lantai, seperti yang sejak kecil dia rasakan. Lalu menyapukan ikat pinggang itu lagi keras2. Tidak seperti dulu yang selalu memohon pada ayahnya untuk berhenti sambil menangis, kini dia lebih kuat, merasa lebih tegar, dan lebih terbiasa menghadapi keadaan seperti ini. Entah masalah sepele apa yang menyulut emosi ayahnya kali ini, entah dari kopi yang terlalu panas, atau makanan yang tersaji terlalu lama, atau hanya karena noda cangkir pada korannya. Apapun alasannya, namun dalam hatinya dia berdoa, agar semua ini cepat berhenti, berlalu, berharap emosi ayahnya segera surut. Rasa asin mulai terasa dilidahnya. Entah dari bibir yang sobek, atau darah dari hidung atau dari dahinya yang mengucur, ataupun kesemuanya. Dia tidak tahu. Yang penting dia bisa menyelamatkan wanita yang begitu dicintainya itu dari tindakan ayahnya ini. Lagi.
----
Saya buat untuk kalian, Karissa2 lain dan Nina2 lain yang berada di luar sana, korban2 yang telah mengalami hal serupa dari cerita yang saya buat diatas.
Kehadiran pasangan seharusnya membuat aman, menjaga, mencintai, mengasihi dengan sepenuh hati.
Kita perempuan seharusnya dilindungi, dibuat nyaman dengan lelaki yang kita telah pilih untuk menemani sisa hidup kita selamanya.
Kita seharusnya diperlakukan dengan baik, dengan lembut, dengan penuh cinta, dengan penuh hormat.
Permasalahan apapun bisa diselesaikan tanpa harus menggunakan kekerasan.
Dan untuk kamu,sahabat saya yang tidak saya sebutkan namanya.
Semoga kejadian kejadian macam ini tidak terulang lagi dalam hidup kamu.
Atau semoga kamu segera sadar bahwa dia tidak patut dipertahankan atas dasar perlakuannya, atas penyiksaannya terhadap kamu, baik fisik ataupun mental.
Semoga kamu segera pergi dari situasi ini.
Semoga kamu mengerti bahwa kamu patut mendapatkan yang lebih baik.
Semoga ibu mertua kamu tidak lagi menutup matanya, atas perlakuan terang2an anaknya terhadap kamu.
Semoga ibu mertua kamu sadar, bahwa apapun alasannya, pemukulan terhadap perempuan dari pasangannya tidak pernah dibenarkan, atas dasar apapun.
Jikapun kata2 dan nasihatku tidak kamu pedulikan hanya karena kamu merasa kuat mengalami ini dan merasa mampu bertahan menangani ini setiap harinya, ingatlah, bahwa anakmu yang selalu menjadi saksi justru adalah "korban" yang sesungguhnya.
![]() |
Stop Kekerasan Dalam Rumah Tangga |
Kamis, 20 Desember 2012
Baby O vs Empeng vs Adele
Hmmm, gini ya, di Barat sono, most of the babies using pacifier atau dikenal dengan "empeng". Nah berhubung kakak perempuan saya yang nomer dua nikah sama orang Jerman, alhasil dua anaknya pake empeng yang bahasa Jermannya "Schnuller" tapi biasa disebut anak2 dengan "Didi" agar lebih gampang.
Hmm, emang lucu sih ya kalo liat bayi pake empeng, jadi tontonan! Nggemesin gitu lho!
Kaya keponakan saya si Luna, karena lahir dan hidup di Jerman, maka terbiasalah dia sama yang namanya empeng ini.
Waktu pertama kali ketemu di Jakarta, dia bawa empengnya bukan cuma satu, atau dua, melainkan : Lima!
Ya, lima empeng. Dua disimpen ditas mamanya, satu di mulut, dua lainnya ditangan kanan dan kiri. Kalo yang dimulut jatoh, ada cadangannya. Jatoh lagi, ada lagi cadangannya. Jatoh juga? Nah dikeluarinlah jurus empeng yang ada di tas mamanya. Wkkwkwkwk..
Karena tau sendiri, empeng masuk mulut diemut2 sepanjang hari, sekali jatoh, entah ada kuman yang kasat mata, bahaya.
Yang kedua juga gitu si Adele, biarpun tidur itu empeng nempel dimulut, kecuali udah pules banget. Kalo jatoh, meskipun matanya merem, tangannya akan ngeraba ke segala penjuru mencari empeng, sampe dapet, lalu hap! Masuk ke mulut, dan tetep merem!
Sumpah lucu abis!
Lain waktu, empengnya tergeletak terlentang dilantai, bukan diambil pake tangan, si Adele yang masih merangkak akan mendekat menghampiri, menurunkan kepalanya, dan mulutnya menjuju empeng dalam keadaan masih merangkak, lalu voilaaaaa, empeng pun dimulut tanpa pake tangan! Macam kucing! Wkwkwkk..
Alesan kakak saya pake empeng : "Anteng!" Udah. Gitu doang. Dan emang di Barat sono semua bayi gitu yah. Maka kakak saya bilang "Ya emang semua bayi butuh ngempeng, Nyong!"
Tapi saya bilang lagi "Lah, gue aja kecil nggak pake empeng idup tuh ampe sekarang, lo juga waktu bayi nggak pake empeng kali, Kak"
Well emang betul, keluarga saya yang tujuh bersaudara ini nggak ada yang ngempeng :)
Nah, berterima kasih kepada kesotoyan dan kebatuan saya, selama hamil, saya dengan buku saya yang super banyak, dan browsing sana sini, menemukan artikel ini, bahwa :
"Agar bayi tak rewel biasanya empeng digunakan untuk menenangkannya. Tapi ternyata penggunaan empeng memberikan banyak efek negatif bagi bayi lho Moms.
Karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar empeng tidak digunakan bagi bayi.
Beberapa kerugian penggunaan empeng seperti yang kami kutip dari Yahoo Health adalah:
1. Empeng cepat kotor dan menjadi penyebab buruknya higienitas bagi si kecil.
2. Saat terlepas ketika bayi tengah tidur, akan memicu si kecil terbangun dan menangis.
3. Empeng mencegah bayi menggunakan mulutnya untuk belajar mengenai mainan dan benda lainnya.
4. Empeng membuat bayi merasa kalau menangis bukan hal yang bisa diterima orangtuanya. Padahal menangis adalah salah satu bentuk komunikasi yang bisa dilakukannya.
5. Orangtua menganggap empeng sebagai solusi cepat saat bayi rewel atau menangis. Keberadaan empeng membuat orangtua tak mencari tahu dan memahami apa sebenarnya yang menganggu si kecil.
6. Empeng juga membuat bayi tak bisa belajar bagaimana membuat diri mereka sendiri merasa nyaman.
7. Saudara si bayi mungkin sekali memberikan bayi empeng untuk menenangkan mereka pada situasi dimana orangtua justru tak melakukannya.
8. Riset menunjukkan pemakaian empeng meningkatkan risiko infeksi telinga setelah mereka sakit pilek. "
Maka saya memutuskan tidak memberikan empeng pada Baby O, and it works till now! Lucky me! Makanya tiga empeng yang dibeliin ibu saya akhirnya nggak kepake.
Karena some of my friends anaknya pake empeng lho, dan susah lepas.
Ya nggakpapa juga sih, senyamannya anak&orangtua masing2 aja kan ya :)
Makanya saat saya posting video Baby O di Facebook saat dia belum genap 6bulan tapi udah jelas ngomong "Mama, Abah" berulang2,si Kakak saya heran, dia bilang :
"Lah, anak lo udah bisa ngomong? Si Adele aja belom"
Padahal anaknya 3bulan lebih tua dari anak saya.
Saya cuma jawab "Anak loe disumpel Didi meluluuuu siiih" hihiihihii..
Nah saat ketemu, maka terjadilah kejadian lucu saat Baby O maen sama si Adele, dia memandang aneh Adele dengan empeng menempel dimulutnya. Yuk kita liat apa yang terjadi :
Nggak enak ya, Sayang? Ayo, balikin empengnya ke Kakak Adele x))
Hmm, emang lucu sih ya kalo liat bayi pake empeng, jadi tontonan! Nggemesin gitu lho!
Kaya keponakan saya si Luna, karena lahir dan hidup di Jerman, maka terbiasalah dia sama yang namanya empeng ini.
Waktu pertama kali ketemu di Jakarta, dia bawa empengnya bukan cuma satu, atau dua, melainkan : Lima!
Ya, lima empeng. Dua disimpen ditas mamanya, satu di mulut, dua lainnya ditangan kanan dan kiri. Kalo yang dimulut jatoh, ada cadangannya. Jatoh lagi, ada lagi cadangannya. Jatoh juga? Nah dikeluarinlah jurus empeng yang ada di tas mamanya. Wkkwkwkwk..
Karena tau sendiri, empeng masuk mulut diemut2 sepanjang hari, sekali jatoh, entah ada kuman yang kasat mata, bahaya.
Yang kedua juga gitu si Adele, biarpun tidur itu empeng nempel dimulut, kecuali udah pules banget. Kalo jatoh, meskipun matanya merem, tangannya akan ngeraba ke segala penjuru mencari empeng, sampe dapet, lalu hap! Masuk ke mulut, dan tetep merem!
Sumpah lucu abis!
Lain waktu, empengnya tergeletak terlentang dilantai, bukan diambil pake tangan, si Adele yang masih merangkak akan mendekat menghampiri, menurunkan kepalanya, dan mulutnya menjuju empeng dalam keadaan masih merangkak, lalu voilaaaaa, empeng pun dimulut tanpa pake tangan! Macam kucing! Wkwkwkk..
Alesan kakak saya pake empeng : "Anteng!" Udah. Gitu doang. Dan emang di Barat sono semua bayi gitu yah. Maka kakak saya bilang "Ya emang semua bayi butuh ngempeng, Nyong!"
Tapi saya bilang lagi "Lah, gue aja kecil nggak pake empeng idup tuh ampe sekarang, lo juga waktu bayi nggak pake empeng kali, Kak"
Well emang betul, keluarga saya yang tujuh bersaudara ini nggak ada yang ngempeng :)
Nah, berterima kasih kepada kesotoyan dan kebatuan saya, selama hamil, saya dengan buku saya yang super banyak, dan browsing sana sini, menemukan artikel ini, bahwa :
"Agar bayi tak rewel biasanya empeng digunakan untuk menenangkannya. Tapi ternyata penggunaan empeng memberikan banyak efek negatif bagi bayi lho Moms.
Karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar empeng tidak digunakan bagi bayi.
Beberapa kerugian penggunaan empeng seperti yang kami kutip dari Yahoo Health adalah:
1. Empeng cepat kotor dan menjadi penyebab buruknya higienitas bagi si kecil.
2. Saat terlepas ketika bayi tengah tidur, akan memicu si kecil terbangun dan menangis.
3. Empeng mencegah bayi menggunakan mulutnya untuk belajar mengenai mainan dan benda lainnya.
4. Empeng membuat bayi merasa kalau menangis bukan hal yang bisa diterima orangtuanya. Padahal menangis adalah salah satu bentuk komunikasi yang bisa dilakukannya.
5. Orangtua menganggap empeng sebagai solusi cepat saat bayi rewel atau menangis. Keberadaan empeng membuat orangtua tak mencari tahu dan memahami apa sebenarnya yang menganggu si kecil.
6. Empeng juga membuat bayi tak bisa belajar bagaimana membuat diri mereka sendiri merasa nyaman.
7. Saudara si bayi mungkin sekali memberikan bayi empeng untuk menenangkan mereka pada situasi dimana orangtua justru tak melakukannya.
8. Riset menunjukkan pemakaian empeng meningkatkan risiko infeksi telinga setelah mereka sakit pilek. "
Maka saya memutuskan tidak memberikan empeng pada Baby O, and it works till now! Lucky me! Makanya tiga empeng yang dibeliin ibu saya akhirnya nggak kepake.
Karena some of my friends anaknya pake empeng lho, dan susah lepas.
Ya nggakpapa juga sih, senyamannya anak&orangtua masing2 aja kan ya :)
Makanya saat saya posting video Baby O di Facebook saat dia belum genap 6bulan tapi udah jelas ngomong "Mama, Abah" berulang2,si Kakak saya heran, dia bilang :
"Lah, anak lo udah bisa ngomong? Si Adele aja belom"
Padahal anaknya 3bulan lebih tua dari anak saya.
Saya cuma jawab "Anak loe disumpel Didi meluluuuu siiih" hihiihihii..
Nah saat ketemu, maka terjadilah kejadian lucu saat Baby O maen sama si Adele, dia memandang aneh Adele dengan empeng menempel dimulutnya. Yuk kita liat apa yang terjadi :
![]() |
Baby O memandang Adele yang lagi ngempeng dengan lekat. |
![]() |
Kekerasan pun terjadi, empeng Adele dirampas sama Baby O. |
![]() |
Penasaran 'Apaan sih ini?' mungkin gitu ya pikir Baby O. |
![]() |
'Dimasukin mulut gini, gitu caranya?' Baby O mau nyoba, tapi ada perlawanan dari Adele. |
![]() |
Dan dilepeeeeeeh. |
Sabtu, 15 Desember 2012
Snow World Bekasi On 10 Months Baby O :)
Selamat 10 bulan, anakku Sayang ♥
Seperti yang udah saya bahas bulan lalu disini, gigi Baby O ada 3, sekarang udah ada 6! Iya enaaaam! Banyaaaak :)
Jadi kaya bukan bayi ya kalo giginya gondrong begini?
Ngomongin gondrong, rambutnya yang dipotong 2 bulan lalu juga udah gondrong kembali. Haduuh, Nak. Sepertinya kita udah mulai harus ke salon lagi -___-
Sejak 25 november lalu, ketika usia Baby O 9bulan 10hari, dia lagi senengnya berdiri sendiri.
Biasanya sih gini, saat main di ranjang Mama&Abahnya, saya akan berbaring telentang, sementara Baby O yang dari duduk disebelah saya akan bertumpu pada dada saya lalu mencoba berdiri sendiri. Tentu sempet berusaha nyeimbangin badan karena permukaan kasur begitu empuk dan goyang2, meskipun begitu bisa berdiri untuk satu dua detik, lalu jatuh, dan dia akan melakukannya berulang2.
Yayayyayayaaaa! Pinter anak Mama :)
Lain waktu sama Abah :
How cuteeeeee!
Memang sih sejak 9bulan juga udah bisa berdiri satu dua detik, tapi kan dirinya didiriin, kalo skrg dirinya udah usaha sendiri. Dia dari duduk berusaha bangun sendiri ngangkat pantatnya yang segede bagong. Hihihi lucu.
Sekarang sih udah bisa berdiri lebih dari 10 detik, kadang sambil dadah2 atau tepuk tangan seperti pamer!
Iiih gemes!
Merangkaknya juga udah jago.
Lalu sekarang Baby O juga bisa disuruh "Gong Xi Fa Cai".
Setiap kali ada yang bilang begitu, Baby O akan menggenggam kedua tangannya sendiri lalu mengayunkannya naik turun dari kepala ke perutnya.
Ahahahhahahaha, ini padahal keluarga saya maupun Hubby nggak ada yang keturunan China lho :D
Juga udah bisa pura2 telepon, setiap kali saya atau orang lain bilang "Hallo, Erika, jadi dijemput nggak? Hallo? Hallo? Hallo?!" Dia akan mengangkat tangan kanannya dan menempelkannya dikuping kanannya. Lucyuuuuuk!
Sekarang juga udah anteng main sendiri. Kasih aja mainannya yang segambreng itu, nanti diacak2 dan dia akan merangkak&merayap kemana2 sendiri. Jadi Mamanya bisa ngawasin sambil main gadget atau santai2 baca buku deh :)
Nggak ada jatah ke DSA *fingers crossed* sampe usia setahun nanti untuk imunisasi Influenza I dan Varicella. Amin, sehat terus anak Mama :)
Nggak pergi kemana2 kemarin, well selain rencana ditinggal Mama&Abah nonton konser GNR yang ternyata jadi diundur jadi hari ini dan dipindahkan venuenya dari Senayan ke Ancol. Sempruuuul. Emang nggak boleh ninggal anak kali ya? *melengos* *ngambek sama Mas Axl Rose*
Akhirnya tadi malem kita ke Bekasi Square sama Team Rusuh dari Bekasi. Kebetulan disana lagi ada "Snow World" wahana edukasi yang diadakan oleh SNOW WORLD INTERNATIONAL dalam rangka menyambut Natal dan Tahun Baru, yang bertajuk “Bekasi Square Bersalju”, wah dinginnya setengah mati. Ngomong aja mulutnya keluar asep *kalo kata keponakan saya gitu*.
Baby O sempet diajak masuk 5 menit untuk foto2 doang lalu udah keluar lagi karena takut beku. Serius ini takut beku, soalnya emang asli dingin abis. Lha wong di dalem itu suhunya -15 derajat Celcius! iyak, MINUS! Huhuhuhu.. Untungnya sih disediain jaket dari pihak sana, meski saya lebih nyaman pake jaket sendiri lalu baru deh dilapisin pake jaket yang disediakan *soalnya jaketnya agak bau apek*. Dan juga sebaiknya kesana pake sapatu kets karena sangat licin! Saya sempet beberapa kali kepeleset sambil gendong Baby O, untung nggak sampe jatoh :(
Area dengan luas lebih dari 1000m2 ini, di parkir utara Bekasi Square, kita dapat menikmati alam salju, melihat seni pahat es kelas dunia dalam berbagai ragam bentuk, yang diantaranya perahu, ikan, boneka salju, burung garuda, sampe perosotan dari es, seluncurannya cukup curam dan licin makanya cuma diboleh dipake sama orang dewasa, buat anak2 ada kok yg lebih aman.
Biaya masuk main sepuasnya Rp.50.000,- untuk orang dewasa, sementara Rp.40.000,- untuk anak2 dari pagi hingga jam 10malem. Ada fotografer khusus juga dari penyelenggara acara buat yang pengen seru2an.
Sayang cuma di print diatas kertas biasa bukan kertas foto jadi hasilnya nggak maksimal. Akhirnya kita putuskan untuk burn ke CD tapi bayar berapanya lupa deh :D
Katanya sih akan stay selama 3 bulan di Bekasi, jadi sampe Februari 2013.
Ah, jadi inget di Jerman dan Sydney :(
Ah, anyway, semoga ada kesempatan kesana lagi dan kali ini bersama Hubby&Baby O, amiiin.
Isnt he so cute?? ♥
![]() |
Foto Baby O #10m |
Seperti yang udah saya bahas bulan lalu disini, gigi Baby O ada 3, sekarang udah ada 6! Iya enaaaam! Banyaaaak :)
![]() |
#10m Baby O dengan 6 giginya :) |
Ngomongin gondrong, rambutnya yang dipotong 2 bulan lalu juga udah gondrong kembali. Haduuh, Nak. Sepertinya kita udah mulai harus ke salon lagi -___-
Sejak 25 november lalu, ketika usia Baby O 9bulan 10hari, dia lagi senengnya berdiri sendiri.
Biasanya sih gini, saat main di ranjang Mama&Abahnya, saya akan berbaring telentang, sementara Baby O yang dari duduk disebelah saya akan bertumpu pada dada saya lalu mencoba berdiri sendiri. Tentu sempet berusaha nyeimbangin badan karena permukaan kasur begitu empuk dan goyang2, meskipun begitu bisa berdiri untuk satu dua detik, lalu jatuh, dan dia akan melakukannya berulang2.
![]() |
Hop, semangat! |
![]() |
Hop, 'aduh, susah nih, Ma' |
![]() |
Hop, miring kiri.. |
![]() |
Hop, miring kanan.. |
![]() |
Hop, belom balance juga.. |
![]() |
Voilaaaaaaaaa! Berhasiiiil! |
Lain waktu sama Abah :
![]() |
"Look at me, Mamaaaaaaa!" Baby O #10m berdiri |
How cuteeeeee!
Memang sih sejak 9bulan juga udah bisa berdiri satu dua detik, tapi kan dirinya didiriin, kalo skrg dirinya udah usaha sendiri. Dia dari duduk berusaha bangun sendiri ngangkat pantatnya yang segede bagong. Hihihi lucu.
Sekarang sih udah bisa berdiri lebih dari 10 detik, kadang sambil dadah2 atau tepuk tangan seperti pamer!
Iiih gemes!
Merangkaknya juga udah jago.
Lalu sekarang Baby O juga bisa disuruh "Gong Xi Fa Cai".
Setiap kali ada yang bilang begitu, Baby O akan menggenggam kedua tangannya sendiri lalu mengayunkannya naik turun dari kepala ke perutnya.
Ahahahhahahaha, ini padahal keluarga saya maupun Hubby nggak ada yang keturunan China lho :D
Juga udah bisa pura2 telepon, setiap kali saya atau orang lain bilang "Hallo, Erika, jadi dijemput nggak? Hallo? Hallo? Hallo?!" Dia akan mengangkat tangan kanannya dan menempelkannya dikuping kanannya. Lucyuuuuuk!
Sekarang juga udah anteng main sendiri. Kasih aja mainannya yang segambreng itu, nanti diacak2 dan dia akan merangkak&merayap kemana2 sendiri. Jadi Mamanya bisa ngawasin sambil main gadget atau santai2 baca buku deh :)
Nggak ada jatah ke DSA *fingers crossed* sampe usia setahun nanti untuk imunisasi Influenza I dan Varicella. Amin, sehat terus anak Mama :)
Nggak pergi kemana2 kemarin, well selain rencana ditinggal Mama&Abah nonton konser GNR yang ternyata jadi diundur jadi hari ini dan dipindahkan venuenya dari Senayan ke Ancol. Sempruuuul. Emang nggak boleh ninggal anak kali ya? *melengos* *ngambek sama Mas Axl Rose*
Akhirnya tadi malem kita ke Bekasi Square sama Team Rusuh dari Bekasi. Kebetulan disana lagi ada "Snow World" wahana edukasi yang diadakan oleh SNOW WORLD INTERNATIONAL dalam rangka menyambut Natal dan Tahun Baru, yang bertajuk “Bekasi Square Bersalju”, wah dinginnya setengah mati. Ngomong aja mulutnya keluar asep *kalo kata keponakan saya gitu*.
Baby O sempet diajak masuk 5 menit untuk foto2 doang lalu udah keluar lagi karena takut beku. Serius ini takut beku, soalnya emang asli dingin abis. Lha wong di dalem itu suhunya -15 derajat Celcius! iyak, MINUS! Huhuhuhu.. Untungnya sih disediain jaket dari pihak sana, meski saya lebih nyaman pake jaket sendiri lalu baru deh dilapisin pake jaket yang disediakan *soalnya jaketnya agak bau apek*. Dan juga sebaiknya kesana pake sapatu kets karena sangat licin! Saya sempet beberapa kali kepeleset sambil gendong Baby O, untung nggak sampe jatoh :(
Area dengan luas lebih dari 1000m2 ini, di parkir utara Bekasi Square, kita dapat menikmati alam salju, melihat seni pahat es kelas dunia dalam berbagai ragam bentuk, yang diantaranya perahu, ikan, boneka salju, burung garuda, sampe perosotan dari es, seluncurannya cukup curam dan licin makanya cuma diboleh dipake sama orang dewasa, buat anak2 ada kok yg lebih aman.
Biaya masuk main sepuasnya Rp.50.000,- untuk orang dewasa, sementara Rp.40.000,- untuk anak2 dari pagi hingga jam 10malem. Ada fotografer khusus juga dari penyelenggara acara buat yang pengen seru2an.
Sayang cuma di print diatas kertas biasa bukan kertas foto jadi hasilnya nggak maksimal. Akhirnya kita putuskan untuk burn ke CD tapi bayar berapanya lupa deh :D
![]() |
Snow World at Bekasi Square. |
Katanya sih akan stay selama 3 bulan di Bekasi, jadi sampe Februari 2013.
Ah, jadi inget di Jerman dan Sydney :(
Ah, anyway, semoga ada kesempatan kesana lagi dan kali ini bersama Hubby&Baby O, amiiin.
Isnt he so cute?? ♥
![]() |
Balski Oufar Muhammad Smith a.k.a Baby O :') |
Langganan:
Postingan (Atom)