Senin, 25 Februari 2013

Baby O First Date :D


Jadi kemarin itu waktu kita stay di Hotel Manhattan, kita sempet main ke swimming poolnya, cuma nyari matahari pagi aja sih, nggak berenang, soalnya Baby O lagi pilek. Suasana di swimming pool area sepi, kosong, mungkin karena masih terlalu pagi. Lalu datenglah keluarga lainnya : satu Ayah dengan tiga anaknya, dua cewek, satu cowok. Pertama2 mereka melirik2 malu ke Baby O yang tiba2 nggak mau dipangku, maksa duduk sendiri dibangku deket pool. Diayun2 kakinya Bbay O yang menjuntai kebawah, sambil memandang kearah ketiga kakak2 yang baru datang tersebut. Basby O mulai melambaikan tangan, lalu senyum2 cengengesan, berusaha menarikperhatian mereka, atau mengirim sinyal bahwa Baby O welcome dan sangat ingin bermain sama mereka. Maka, ini yang terjadi....

 
Baby O tebar pesona

Si adik bungsu mulai mendekat

Dan makin dekat, Baby O ngeluarin jurus senyum manisnya


And finally, Baby O's first date!

Dan malemnya, Baby O gengges banget tiap Abahnya bobo, selalu digangguin

Abahnya diunyeng2 mukanya x))

Liat tuh muka puas Baby O pas berhasil bangunin Abahnya :D
Kalo yang ini sih tingkah Mamanya yang emang masa kecilnya kurang bahagia, hahaha. Iya, saya emang nggak punya ranjang bayi khusus kaya yang Baby O punya. Jadi mumpung karena ini properti hotel, maka saya nyemplunglah kedalam. Kalo yang di rumah takut jebol dan kudu beli lagi hihihi x))


Jarang2 kan Baby O ditemenin Mama diranjangnya kaya gini :p

Sabtu, 16 Februari 2013

Baby O at Manhattan

Abah ternyata kemarin udah booked a room for one night di Hotel Manhattan, Jakarta. Yang ada di daerah Casablanka, deket Mall Ambassador situ.
Valentine 5 tahun yang lalu juga Mama&Abah lewatkan di Hotel ini, berdua. Karena waktu itu Baby O belum lahir.
Kita nginep di Manhattan Suite, dengan view city. Kamar yang sama dengan 5 tahun yang lalu. Betapa istimewanya :)

Baby O at The Manhattan Suite
Kamar mandinya juga dilengkapin sama jacuzzi. Whoaaaa, asiknya. Pas banget buat Baby O yang lagi pilek gini :)
Baby O and Hubby in jacuzzi
 Jadi abis Lunch kemaren itu, kita check in deh kesana. Kita order baby bed juga karena Baby O di rumah biasa tidur disitu. Baby O semangat banget dari pertama dateng, nuansa baru :D

Baby O at his baby crib
Ini swimming poolnya. Tapi karena Baby O lagi pilek, jadi nggak berenang deh. Next time aja ya, Sayang :)


Paginya seperti biasa kita sarapan di coffee shop. Ini sarapan pertama Baby O di hotel. Biasanya kalo nginep di hotel Baby O makannya tetep baby  food, sekarang enggak lagi. Yay! Baby O makan beef sausage, onion and mushroom omelet, cheese fried rice, and some danish pastries. Yum!

Makan nasinya disuapin Mama
Danish pastrynya makan sendiri dooong :)
It was fun! Next time mungkin sama keluarga besar bakalan lebih seru :)

Jumat, 15 Februari 2013

Baby O First Birthday

Hari berganti. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam. Terlewati dengan satu hal yang tak pernah saya lupa : mencintai kamu sepenuh hatiku. Tulus.

Baby O the birthday boy!

Anakku tepat satu tahun hari ini. Subhanallah. Begitu bersyukur dengan karunia Allah yang begitu sempurna dalam kehidupan saya, titipanNya, berupa anak lelaki.

Baby O bukan bayi lagi, now become a toddler. Oh my kiddo!
Selalulah sehat dan pintar, Nak. Jadilah anak yang berbahagia sepanjang hidup kamu, anak yang kelak selalu bersyukur atas orangtua yang menggantikan dunia pribadinya dengan tema kamu dan hanya kamu sepanjang hidup kami.
Jadilah anak yang selalu hangat dan menceriakan kehidupan orang2 disekitar kamu.
Jadilah anak yang membanggakan kami. Yang selalu dilindungi Allah disetiap nafas yang kamu hembuskan, disetiap langkah yang kau jejak, disetiap kata yang kau ucap.
Tunjukkan pada dunia, betapa hebatnya kamu. Mama percaya, kamulah anak yang kelak sukses dan baik, Kesayanganku sedunia! Amin!

Bangun pagi sama Mama, kue yang dipesan khusus dari Ndeh dari Toko kue Dapur cokelat berupa Two Seasons Cake bertuliskan "Happy Birthday Oufar Smith" teronggok di meja. Dengan lilinnya yang berangka 1. Baby O bengong liat kue besar itu. Biasanya makanan yang sejak pertama dimakannya dimulai 6bulan lalu adalah makanan bayi buatan Mama&Ndeh, yang tanpa tambahan gula dan garam. Biasanya hanya berupa ayam/daging/ikan dengan sayuran, air, dan buah aja.
Kali ini Baby O boleh makan kuenya. Mulai sekarang boleh makan makanan normal, Sayang. Enjoy.
Thank you, Ndeh, udah kasih Baby O a surprise birthday cake. Kadonya kata Ndeh beli sendiri aja, Baby O boleh pilih. Uangnya 1juta dari Ndeh Mama yang simpenin ya, Sayang :)

Tiup lilin :)

Baby O and his first sweets! :D



"Can I have some more, Mama?"

Tingginya aja udah 80cm!Meski giginya udah ada 6 sejak usia 10bulan, tapi roman2nya mau tumbuh lagi nih giginya. Soalnya gejalanya muncul.

Siang ini mau makan siang di Crowne Plaza dulu, janjian sama mami angkatnya Baby O : @nyinyapanda. Ternyata Mami Nina bawa kado untuk Baby O. Makasih ya.

Gift from Mami Nina waktu lunch
 Dan ternyata isinya berupa mainan edukasi dari Fun Time berupa setir2an, lengkap dengan klakson, kunci starter dan persneling giginya! Waaah, Baby O suka banget! Soalnya kalo Abahnya lagi nyetir suka digangguin pengen ikutan sibuk, sekarang udah punya setir sendiri deh!

"I love your gift, Mami Nina! Thank you!"
 Meski sarapan tadi masih makan ikan tim tanpa bumbu *soalnya Ndeh lupa kalo Baby O udah boleh makan makanan dengan gula garam* makan siang kali ini Baby O makan makanan orang normal. Karena makannya di Akane, japanese restaurant favorit Mama, jadi Baby O makan : Chawan Mushi, Kamadaki Gohan, Tobiko Sashimi, Chicken Clear Soup with Vegetables, sama Grilled Salmon. Yummmmm!!!!
Dinnernya makan Nasi Kamadaki yang tadi di take away dari Akane, pake Soto Betawi isi Daging, sama nyobain Sup Buntut yang dipesen Abah. Hiiiih, gaya yah :)

Let's have a special time on you special day. Ready, love?

Selasa, 12 Februari 2013

Memori Setahun Yang Lalu

Langit yang murung sejak siang tadi akhirnya menangis. Menumpahkan jutaan titik air pada setiap detik. Bagaikan air mata yang tak dapat lagi dibendung atas perasaan luka yang telah lama terpendam. Seperti pecahnya tangis atas perasaan duka yang begitu menyakitkan. Layaknya euphoria atas berakhirnya kesedihan yang telah setia bertahun2 lamanya.
Hujan turun deras sekali tanpa aba2. Seakan dengan tiba2 memukuli pikiran saya bertubi2 dengan potongan2 cuplikan memori yang telah terlewati. Mengingatkan saya akan hari ini, tepat setahun yang lalu.

Tepat hari ini, setahun yang lalu H-3 :
Saat perut saya bulat penuh sempurna, begitu kencang dan membahagiakan
Saat setiap tendangan Baby O dari dalam perut dibalas dengan usapan lembut saya diiringi asma Allah
Saat frekuensi kontraksi mulai semakin sering dan membuat saya meringis
Saat Baby O bergerak begitu bebas dari dalam perut saya
Saat berat saya mencapai 74kilogram, naik 14kilo dari sebelum hamil
Saat kaki saya mulai kehilangan mata kakinya akibat membengkak dan menggemuk
Saat anak dikandungan saya hanya seberat 3,6kilo didalam kandungan saya, dan kini mencapai 12,5kilo
Saat saya sedang packing karena keesokan harinya harus mulai masuk ke RS Medistra untuk operasi Caesar lusanya dan ternyata harus diundur satu hari lagi berikutnya
Saat2 yang begitu menegangkan sekaligus membahagiakan bagi saya, bagi suami saya, dan bagi orang2 tercinta saya, untuk segera menyambut kehadiran penerus nama keluarga pertama dari pihak suami saya

My beaufitul big tummy at the hospital

H-2, masih nyempetin makan di restaurant favorit

Kaki saya yang galau karena kehilangan mata kakinya akibat membengkak dan menggemuk

Foto USG terakhir Baby O : 38weeks, 3600grams (3,6kg)

Kok ya sekarang udah segede 12,5kilo gini :D

 Time flies :) #Memories


Sabtu, 02 Februari 2013

Cerpen : Ketika Harus Memilih

Amanda memandang pantulan dirinya di depan cermin sekali lagi, memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna. Dia tarik sarung tangannya lebih tinggi, dan mengencangkan pita dibelakang pinggangnya. Memandang wajahnya lebih dekat, memastikan make up dan tatanan rambutnya sudah sesuai dengan yang dia inginkan. Ini hari yang dia begitu tunggu2, hari yang dia bayangkan sejak kecil, dia imajinasikan, dia impi2kan. Hari istimewa bagi setiap wanita.
Dia memandang keluar melalui jendela, tempat dimana dia akan menghabiskan sorenya kedepan, jajaran meja persegi berisikan makanan, dan barisan puluhan kursi yang akan diisi orang2 terdekatnya untuk berbagi kebahagiaan menyaksikan hari spesialnya ini.
Dia memperhatikan meja bundar itu, dimana terdapat banyak gelas2 ramping yang tersusun menjulang keatas, para staff berambut licin dengan seragam rapih putih bergaris biru sibuk mengisi champagne kuning keemasan berbuih putih kedalamnya sesempurna mungkin, memastikan tidak ada yang menetes diatas taplak sutera berwarna biru langit yang menjadi alas dibawahnya.

"So there you are" Suara lembut yang tegas itu secara tiba2 membuyarkan lamunannya, Amanda tahu dia akan datang, namun Amanda tetap pada posisinya, tidak bergeming. "I'm not gonna say this twice," ujar suara dari sosok dibelakangnya itu lagi "If you really feel this is not right, then you can turn around, back to me, and runaway from here, with me, right now" Amanda tetap diam, berusaha tetap tenang dan seakan masih melihat keluar sementara sebenarnya perasaannya telah campur aduk. "Sebelum semuanya terlambat" lanjut sosok itu lagi.
Amanda menoleh. "Sorry, I'm not gonna do that." Amanda memandangnya langsung pada mata lawan bicaranya yang berwarna cokelat, yang begitu teduh, yang selalu menenangkan, yang telah membuatnya jatuh cinta bertahun2 lalu.
"Lalu, apa alasan kamu meninggalkan pesan yang kamu bilang penting untuk segera menghubungi kamu, Amanda, jika bukan ingin aku selamatkan dari semua ini?" tanyanya.
Amanda tercekat, namun berusaha tetap terlihat dalam kendali "Aku justru mau kasih tahu kamu, bahwa aku telah memilih dia, aku telah memilih jalan hidupku, bahwa aku memutuskan untuk melupakan kamu, dan aku sudah terlalu lelah untuk berbohong pada teman2 kita, keluarga kita, bahkan pada orang tua bahwa tidak ada yang istimewa diantara kita" airmatanya menggenang di kelopak matanya, Amanda mengerjapkannya beberapa kali agar airmata itu menghilang dan tak menetes.
"Amanda, aku melakukan itu karena kamu bilang belum siap untuk mengungkapkan semuanya, bukan aku yang memilih untuk menyembunyikan hubungan ini. Aku melakukannya untuk kamu, dan aku yakin kamu tahu itu!" Ada nada ketegangan dalam suaranya. Amanda terdiam, dadanya terasa sesak. "Kamu udah bikin aku terbang dua puluh kilometer jauhnya kesini, melintasi benua, meninggalkan beberapa persidangan dari kasus penting yang aku pegang dalam pekerjaanku hanya untuk memberitahu aku bahwa kamu akan menikah dengan pria yang tidak kamu cintai, di hari anniversary kita? Seriously? Dari 365hari yang ada, lalu kamu pilih hari ini? Hari yang selalu kita peringati bersama disetiap tahunnya dalam delapan tahun terakhir? What kind of joke is this?" Amanda melihat tangan lawan bicaranya mengepal, terlihat begitu kesal.
"I'm sorry, Sam. I'm telling you, I'm gonna marry him, and I'm gonna stay in this country, I'm gonna leave all my memories with you. And you're not gonna make me cry on my wedding day!" Amanda merasakan dagunya gemetar, dia menggigit bibirnya, menahan tangis.
"No, Amanda. I know you're lying. I know you don't want this. Dan kamu ngelakuin ini semua hanya demi orangtua kamu. Kamu patut mendapatkan kebahagiaan, more than this whole fake bullshit things! Let's start over, with me, Sayang." langkahnya mendekat
"Stop, stay there, jangan mendekat, Sam" Amanda mundur selangkah lalu berbalik, memandang lagi keluar, dimana bunga2 putih menghampar diseluruh rumput hijau dengan karpet menuju ke altar. Bel gereja berdentang empat kali, menandakan upacaranya akan segera dimulai.
"Baik kalau begitu. So, I need you to look me in the eyes. Tell me that you don't love me, that you don't want me, that I mean nothing for you. Do it now, lalu aku akan pergi dari kehidupan kamu, selamanya." ujarnya pada Amanda.
Ada jeda yang begitu panjang, kesunyian menyesap diantara mereka, Amanda merasa aliran darahnya bederu begitu cepat berjalan keatas tubuhnya, mengalirkannya keotak agar dapat berpikir dan merespon lebih cepat, namun kalimat itu begitu sulit keluar dari mulutnya, seperti tercekat di tenggorokan. Ada rasa panas menjalar ke wajah serta di kelopak matanya. Amanda menarik napas, sementara sosok dibelakangnya masih berdiri menunggu, takkan pergi sebelum mendengar jawabannya, jawaban yang bahkan Amanda sendiri tak ingin dengar, dan yakin bahwa lawan bicaranya memiliki keinginan yang sama dengan Amanda. Kesunyian itu seakan membuat Amanda dapat mendengar detak jantungnya sendiri "I don't love you, Sam. I'm so sorry" kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar tidak terlalu meyakinkan. Amanda jelas berbohong. Amanda memandang lawan bicaranya sekilas, lalu menunduk kan kepalanya, tak mampu memandang lawan bicaranya lebih lama, khawatir kebohongannya diketahui dengan begitu mudah. Amanda melihat airmatanya terjatuh ke lantai kayu mengkilap yang berwarna coklat tua yang menjadi pijakannya.
"Well, congratulation. I hope you're happy." Suara lawan bicaranya tercekat, terdengar rapuh dan begitu kecewa. Amanda tetap diam menahan napasnya, agar bahunya tak berguncang. "Have a nice life" ujarnya lagi, lalu terdengar suara langkah kaki menjauh.
Amanda tetap diam disana. Dia tahu dirinya telah berbohong. Dadanya sesak dan hatinya seakan teriris.

Terdengar langkah kaki mendekat, dan sepasang tangan kokoh memeluknya dengan erat dari belakang, menusukkan ujung hidungnya yang runcing ke pipi Amanda dengan lembut. Amanda menghapus airmatanya, lalu menoleh. Pria berjas hitam yang berdiri didepannya itu begitu tampan, dengan matanya yang berbinar karena bahagia.
"Can you believe this? Our big day, Baby." senyum lebarnya menyeringai menghiasi wajahnya yang begitu atletis. "Oh, you look so gorgeous, Baby." Lalu mengecup kening Amanda lembut.
"You too, Partick. You look great as always, Sayang" ujar Amanda melingkarkan kedua lengan dipinggangnya.
"So are you ready for this?" Ujar pria itu.
"Yes, I can't wait any longer!" Jawab Amanda. Lalu Patrick menggandeng tangan Amanda, menemaninya melangkah keluar ruangan menuju ayah Amanda yang telah menunggunya.
"By the way, I saw Sam in the corridor. Dia bilang dia harus pergi. Sayang sekali dia nggak bisa lihat upacara pernikahan kita" Tanya Patrick.
"Yeah, too bad." ujar Amanda datar. Berbohong lagi.
Patrick berpaling menatap wajah Amanda, menurunkan kain hiasan kepala menutupi wajahnya. "Aku tunggu kamu di altar." Ujarnya, lalu meninggal Amanda bersama ayahnya untuk berjalan menuju altar saat musik dimulai.
Amanda mengucapkan 'I do' lalu pendeta mengesahkan mereka menjadi suami istri, lalu mereka diperkenankan berciuman.
Amanda dapat melihatnya, Sam, memandangnya dari kejauhan, lalu berjalan menjauh meninggalkan area pesta pernikahannya dengan mobil dengan kap terbuka, membiarkan angin sore menghembus melewati rambutnya yang dikuncir ekor kuda. Amanda ingat betapa dia menyukai aroma lavender yang selalu tercium dari rambut Sam saat Sam berada disekitarnya, dia yakin dia akan sangat merindukannya, Samantha, teman wanita yang sebenarnya begitu dicintainya itu.

----

Ketika semua orang merasa pantas untuk menilai orang lain. Dimana ada hal2 yang dianggap begitu tabu.
Bukankah kita semua patut berbahagia, dengan apapun kenyataannya, bagaimanapun perasaan yang kita miliki, siapapun orang yang kita pilih, demi mendapatkan kebahagiaan versi kita masing2?
Bagaimana dengan kamu??