Kamis, 31 Januari 2013

Dala

Hati saya lagi2 seakan runtuh.
Beberapa jam lalu, kawan SMP saya, memasang foto seorang bayi yang terlihat sedikit membiru. Saya bertanya dengan iba, foto bayi siapa itu? Teman saya itu menjelaskan bahwa itu putri temannya, yang baru saja meninggal, karena divonis leukemia sejak usianya 3 bulan.
Beberapa waktu kemudian ketika saya menonton tv, tersiarlah beritanya. Ternyata bayi perempuan cantik itu adalah putri seorang drummer dari sebuah band indonesia.
Namanya Dala, yang saya tahu arti nama Dala adalah "daun bunga". Usianya baru 1 tahun 3 bulan saat pergi. Dari yang saya dengar, Dala menjalani berbagai terapi dan kemoterapi setahun terakhir, hingga keluar negeri. Saya kembali ingat foto itu, riak wajahnya terlihat tenang, dipipinya yang bulat penuh sempurna masih ada semburat warna kemerahan, begitu pula bibir mungilnya yang menyunggingkan senyum sepintas. Rambutnya hitam dan penuh. Alisnya gelap, membentuk satu garis lurus dan membengkok dimasing2 ujung luar dengan begitu anggun. Dia mengenakan baju terusan berwarna pastel, kedua tangannya menjadi satu, diikat dengan seutas kain putih, jemari lentiknya yang mulai terlihat kebiruan mengait satu sama lain. Sementara hidungnya tersumbat kapas kecil berwarna putih. Ibunya yang mengenakan kerudung mencium dahinya dengan tenang, terlihat begitu ikhlas dan tabah, terlihat mengerti bahwa ini memang sudah saatnya, dan yakin bahwa kini Dala lebih berbahagia dialam sana.

Innalillahi wa innalillahi rojiun. Tidak pernah ada yang bisa mengetahui rencana Allah SWT, namun saya yakin ini adalah rencana yang terbaik untuk Dala dan keluarganya.
Satu malaikat kecil lagi pergi ke surga. Ketika sadar, malam ini, saya lihat langit begitu cerah, tidak seperti biasanya. Seakan langit turut menyambut kembalinya Dala kepangkuan Dia Yang Maha Besar.
Saya turut berduka cita, yang sedalam2nya.

Semoga anakku Baby O, senantiasa sehat, dan kelak berumur panjang. Amin.

Kamis, 24 Januari 2013

The Smiths at Waterboom Cikarang

Beberapa waktu yang lalu, empat sepupu Baby O yang sama2 berdarah Smith, yaitu : Kak Idrus, Kak Hassan, Kak Ahmad dan Kak Sarah yang tinggal di Sydney, datang berlibur ke Jakarta.

Kak Ahmad, 2 tahun.

Kak Idrus, 5 tahun.
Kak Hassan, 3 tahun.
Kedatangannya kali ini sehubungan dengan ulang tahun Neneknya, yaitu adik dari alm. kakeknya Baby O. Akhirnya berhubung waktu itu Abah udah janjiin ngajak Baby O berenang diulang bulannya yang ke 11 bulan, maka sekalian deh kita ajak sodara2 untung bergabung ke Waterboom Lippo Cikarang.
Seru banget deh berenang rame2 sama sepupu2. Sayang Baby Sarah nggak ikut. Baby O juga berenang sama Om Maher, Om Nizar, Om Zaky, Tante Zaenab, dan Tante Samiya akhirnya.

The Smiths

Baby O & Kak Ahmad. Dibelakang ada Om Nizar & Om Maher.

Kak Ahmad & Abahnya, Om Maher.
The Smiths :)
That was sooooo fun. Insya Allah next meet up Baby O main ke Sydney ya, Kak :)

Selasa, 15 Januari 2013

11 Months Baby O

Selamat 11 bulan anakku sayang! 
11months Baby O

Nggak terasa tau2 udah 11 bulan. Bulan depan ulang tahun deh kesayangan Mama. Maka Baby O udah bukan bayi lagiiii. Waktu begitu cepat berlalu.
Kepintaran Baby O makin bertambah. Sekarang kalau ditanya "Mana giginya?" dia akan nyengir. Ataupun pipi. Kebanyakan sejauh ini pinter kalo suruh niru gerakan tertentu. Ngocehnya juga udah makin heboh, dan sering kali suaranya memekakkan telinga. Ada kalanya kadang mengganggu pendengaran orang, saking lantangnya suaranya :D
Sekarang kalo Mama/Abahnya nunjuk kesuatu tempat lalu bilang "Bobo sini yuk, bobo." Baby O akan segera nyamperion dan berbaring. Super lucuuu!
Juga udah mulai bisa "minta" dengan cara ngejulurin tangannya kearah kita, atau kalo kita minta maka Baby O akan ngasih barang yang dia pegang. Nyuapin orang juga bisa, kalo lagi makan dan kita minta nanti makanannya akan disodorin, baik banget :)

Ulang tahun ke 11 bulan ini Mama beliin buku baru untuk Baby O. Ada dua buku, keduanya berbahasa Inggris, yang satu "Naughty Kitten" bercerita kucing. Buku ini buku touch and feel adventure. Gambar kucingnya berbahan beludru, sementara gambar2 lainnya ada yang berupa kertas timbul, jadi ada sensasi jika disentuh.
Satu lagi judulnya "The Very Funny Fish" its a peek a boo pop ups book. Dimana setiap halaman akan menceritakan hewan2 penghuni laut dengan gambar yang muncul dari dalam.

Buku baru Baby O dari Mama "Naughty Kitten"

"Aku ceritain ya.."





Baby O dan buku "The Very Funny Fish" dengan gambar yang timbul.
Baby O suka sekali kedua buku ini. Harapannya sih cuma biar Baby O mulai terbiasa dengan membaca, dan semoga suka kaya Mama & Abahnya, amin :)


Sehat selalu ya, Sayang Mama :*

Selasa, 08 Januari 2013

Cerpen : Perempuan.

Karissa menatap sekilas gadis berambut panjang yang sejak dari tadi tertunduk di meja restaurant tersebut yang sepertinya ia kenal, namun terlalu enggan untuk menyapa. Karissa tetap duduk, meniup kopinya yang sebenarnya tidak lagi panas, sambil sesekali mencuri pandang pada lelaki yang duduk disebelah gadis tersebut. Lelaki beralis tebal itu terus bicara dengan intonasi yang kini membuat suasana menjadi tidak nyaman.
Bahu si gadis berguncang2 diatas tangannya yang terlipat, kepalanya sedikit terangkat memandang lelaki itu dengan wajah tak berbahagia. Alis lelaki itu bertaut, membuat wajahnya yang garang semakin terlihat kejam, dia mulai membentak dan sesekali memaki, membuat gadis itu makin berurai air mata. Tangan besar lelaki itu kini terlihat mencengkram lengan si gadis begitu erat, meninggalkan bekas yang berwarna keputihan.
Karissa berusaha memalingkan wajah dari pemandangan di meja seberangnya tersebut, berusaha fokus dengan kopinya.
Pasangan di depan mejanya terdengar berargumen, si gadis masih menangis, suara lelaki itu semakin terdengar semakin keras. Karissa mulai sedikit terganggu, namun staff restaurant yang sebenarnya juga memperhatikan sedari tadi terlalu sungkan untuk menginterupsi, entah enggan, entah tak ingin ikut campur, atau memang mereka punya begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan pada restaurant yang tidak terlalu ramai malam ini.
Ketika bunyi tamparan disusul erangan yang berasal dari si gadis di meja seberang, Karissa benar benar memperlihatkan kepada mereka bahwa ia memang mengamati keduanya, untuk membuat lelaki berbadan tegap itu gusar. Lelaki itu mulai berdiri, berusaha mengajak gadis yang masih duduk dan menunduk itu pergi dengan menarik lengannya sambil berusaha terlihat mengontrol emosinya dan memaksakan kehendaknya secara diam diam dengan menggenggam kuat lengan gadis itu sekali lagi, meskipun jelas sekali gadis itu enggan. Lelaki itu akhirnya menghempaskan lengan gadis itu ke meja, membuat cangkir dan gelas2 kristal berisi air putih itu berguncang membasahi taplak meja putih bercorak keemasan sebelum akhirnya mengambil jaketnya yang dia letakkan diatas meja lalu pergi meninggalkan restaurant, tanpa sudi membantu gadis yang kini terjatuh di lantai itu untuk duduk kembali di bangkunya.
Ada segenap rasa enggan untuk menghampiri, namun ketika akhirnya Karissa melangkah mendekati, sang gadis sudah duduk kembali di kursinya dengan cepat berharap kejadian tersebut tidak terlalu menarik perhatian.
Karissa menawarkan bantuan yang disambut dengan gelengan kepala dan senyum sopan yang dipaksakan dari si gadis yang kini mulai menghapus jejak jejak airmata diwajah ayunya.
"Nina, kamu nggak apa apa?" Karissa memberanikan diri bertanya. Gadis itu memandang sedikit terkejut.
"Nggak apa apa. Makasih" ujarnya si gadis bernama Nina menoleh pada Karissa. Tangis Nina pecah.
Karissa menarik kursi, duduk condong dengan ragu ragu di sebelahnya, "Mau pulang? Aku antar yuk? Kan satu arah"
"Nggak usah, makasih. Aku nggak apa2, beneran." ujarnya sambil menunduk menahan tangis, menurunkan tangannya yang sedari tadi diatas meja.
Karissa melihatnya. Noda noda bulat coklat kemerahan yang begitu ia kenal didalam lengan gadis itu yang berusaha disembunyikannya dengan canggung. Ia mendapati dirinya bingung, haruskah ia pergi, atau menunggu. Haruskah ia bertanya, atau menutup mata seperti yang lalu lalu.
Karissa mengenal Nina di kampusnya. Tidak berteman baik, jarang saling menyapa, namun sering kali berada dalam satu kelas di mata kuliah yang kebetulan diambil bersama, dan serangkaian kesempatan berpapasan tanpa bicara di area kampusnya. Gadis yang cantik itu, yang berambut kecoklatan sebahu, yang begitu ramping dan berjari lentik, dengan bola mata bulat yang penuh dengan senyuman mengembang kerap kali terlihat disekitar kampus selalu terlihat berbahagia.
"I'm okay, serious. Thank you." Ujar Nina lagi, isyarat agar Karissa segera pergi.
"Itu tadi siapa, pacar kamu?" Karissa memberanikan bertanya. Nina mengangguk. "Berantem?"
"Cuma ada salah paham sedikit kok."
"Lalu tangan kamu kenapa? Dia yang buat?" Karissa akhirnya memberanikan diri bertanya. Nina tetap diam, lalu menyembunyikan noda itu dengan rambut panjangnya. "Salah paham juga?" Karissa bertanya lagi.
Nina menggeleng.
"Jangan tanya tanya itu." Nina menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa pacarnya tidak kembali dan mencuri dengar pertanyaan barusan sebelum kembali pada posisinya yang semula, melipat tangannya dan meletakan kepala diatasnya dengan bahu berguncang guncang, berusaha menangis dalam diam.
"Yuk, kamu mau pulang aja? Aku anter ya? Nggak repot kok. Kita kan suka ketemu di kampus, kamu masih inget aku kan? Karissa. Kita kan suka sekelas" Karissa merayu, membuat Nina terlihat nyaman dengan kehadirannya, berusaha membuat Nina merasa akrab dengan pertemuan pertemuan tak disengaja mereka di kampus sejak beberapa tahun silam.
"Enggak. Enggak, Karissa. Makasih. Udah, nanti aku bisa pulang sendiri. Jangan libatin kamu sama masalah aku. Makasih ya" Gadis itu tersenyum sekilas menahan tangis, menyeka air matanya sambil menoleh sekali lagi ke belakang.
"Okay kalo begitu" Karissa mengeluarkan pulpen, "Ini just in case kamu butuh." Karissa menuliskan sesuatu diatas kertas, dan menyodorkannya pada Nina. "You know, if you need someone to talk, atau butuh cerita atau apa, mungkin aku bisa bantu. Atau mungkin mau hang out kapan kapan." Karissa berusaha mengakrabkan diri, untuk membuat Nina merasa aman, sekali lagi. Nina masih diam menunduk. "Kamu tahu kan bahwa kamu cantik?" Nina diam. "Kamu bisa dapetin pengganti dia begitu aja. Kamu bisa dapat yang lebih baik. Kamu nggak patut ngalamin semua ini, Nina. Sama sekali. Percaya sama aku. You have to go from this situation."
"You wanna be here all night or what???" Tiba tiba terdengar suara lelaki itu lagi, kali ini begitu keras, Nina segera bangkit lalu pergi tanpa menoleh ke Karissa, berharap lelaki itu tidak mendengar apa yang baru saja Karissa katakan, berusaha tidak kembali menyulut emosi pacarnya kembali. Dia tidak ingin membuat dirinya terlibat masalah lebih jauh lagi. Lalu mereka pergi meninggalkan restaurant, berjalan berdampingan, berusaha acuh satu sama lain, meninggalkan kertas berisi nomer telepon yang tadi diberikan Karissa diatas meja.

Betapa Karissa membenci dirinya sendiri. Dia tahu sekali hal macam ini, dan mengutuk dirinya sendiri untuk tidak dapat berbuat apapun. Nina mengalami kekerasan, atau hubungan yang tak sehat, dia yakin itu. Karissa heran, kenapa semua perempuan selalu bertahan dalam hubungan seperti ini? Berusaha tegar menghadapi penyiksaan macam ini dan tidak ingin pergi dari situasi tersebut? Kenapa mereka begitu mencintai pria pria yang memukuli mereka, yang memaki dan merendahkan mereka, menyundut lengan mereka dengan rokok, lalu tetap bersamanya? Bahkan bersikap lebih manis untuk menyenangkan penyiksa mereka. Berpura pura bahwa itu adalah hal yang biasa, hal wajar yang terjadi dalam hubungan percintaan, hal umum yang dialami semua perempuan. Karissa tidak habis pikir. Dia mengutuk dirinya sekali lagi, atas ketidakbisaannya menolong Nina melalui hal ini, lalu memutuskan pulang.

Sampai di rumah Karissa tidak dapat menemukan kuncinya, maka ia menekan bel karena yakin ibunya belum tidur.

Satu kali
Dua kali
Tiga kali

Pintu belum dibukakan. Maka ia menekan bel keempat kalinya karena yakin ada orang didalam dari lampu ruang tengah yang menyala dan suara tv dari dalam.
Terdengar teriakan dan bunyi sesuatu yang pecah. Mungkin cermin, mungkin gelas, atau piring. Karissa panik, menumpahkan isi tasnya sekarang juga, berusaha menemukan kunci, membuka pintu lalu segera berlari ke dalam.
Teriakan itu terdengar lebih keras, ia berlari lebih cepat, membuka pintu kamar, menemukan ibunya yang dalam pakaian yang telah tersobek dibeberapa bagian, meringkuk dipojokan, melindungi diri dari sapuan ikat pinggang berkepala besi ayahnya.
"Jangan ganggu Mama! Jangan!" Karissa menerkam ayahnya yang berperawakan tinggi besar tersebut. Aroma alkohol tercium, ayahnya jelas mabuk. Lagi. "Jangan sentuh Mama! Pergi! Kemarin nggak ada Papa dua bulan kita hidup kita tenang! Pergi!"
"Kamu anak kecil tau apa sih? Anak sialan!" Ujar ayahnya dengan rokok dimulutnya, kini berpaling pada Karissa, menghujaninya dengan pukulan2 yang tadi diberikan untuk ibunya.
Karissa meringkuk dalam posisi yang sama seperti yang ibunya tadi lakukan, bertahan dari pukulan demi pukulan. Dia berhasil mengalihkan perhatian, ibunya kini pergi mencari bantuan, entah kemana, entah pada siapa, entah berapa lama.
Hujaman ikat pinggang menyapu tubuhnya bertubi2. "Anak setan!" Ayahnya tak puas, kini mulai menjambak, memukul, dan menghempas Karissa ke dinding dan ke lantai, seperti yang sejak kecil dia rasakan. Lalu menyapukan ikat pinggang itu lagi keras2. Tidak seperti dulu yang selalu memohon pada ayahnya untuk berhenti sambil menangis, kini dia lebih kuat, merasa lebih tegar, dan lebih terbiasa menghadapi keadaan seperti ini. Entah masalah sepele apa yang menyulut emosi ayahnya kali ini, entah dari kopi yang terlalu panas, atau makanan yang tersaji terlalu lama, atau hanya karena noda cangkir pada korannya. Apapun alasannya, namun dalam hatinya dia berdoa, agar semua ini cepat berhenti, berlalu, berharap emosi ayahnya segera surut. Rasa asin mulai terasa dilidahnya. Entah dari bibir yang sobek, atau darah dari hidung atau dari dahinya yang mengucur, ataupun kesemuanya. Dia tidak tahu. Yang penting dia bisa menyelamatkan wanita yang begitu dicintainya itu dari tindakan ayahnya ini. Lagi.

----

Saya buat untuk kalian, Karissa2 lain dan Nina2 lain yang berada di luar sana, korban2 yang telah mengalami hal serupa dari cerita yang saya buat diatas.

Kehadiran pasangan seharusnya membuat aman, menjaga, mencintai, mengasihi dengan sepenuh hati.
Kita perempuan seharusnya dilindungi, dibuat nyaman dengan lelaki yang kita telah pilih untuk menemani sisa hidup kita selamanya.
Kita seharusnya diperlakukan dengan baik, dengan lembut, dengan penuh cinta, dengan penuh hormat.
Permasalahan apapun bisa diselesaikan tanpa harus menggunakan kekerasan.

Dan untuk kamu,sahabat saya yang tidak saya sebutkan namanya.
Semoga kejadian kejadian macam ini tidak terulang lagi dalam hidup kamu.
Atau semoga kamu segera sadar bahwa dia tidak patut dipertahankan atas dasar perlakuannya, atas penyiksaannya terhadap kamu, baik fisik ataupun mental.
Semoga kamu segera pergi dari situasi ini.
Semoga kamu mengerti bahwa kamu patut mendapatkan yang lebih baik.
Semoga ibu mertua kamu tidak lagi menutup matanya, atas perlakuan terang2an anaknya terhadap kamu.
Semoga ibu mertua kamu sadar, bahwa apapun alasannya, pemukulan terhadap perempuan dari pasangannya tidak pernah dibenarkan, atas dasar apapun.
Jikapun kata2 dan nasihatku tidak kamu pedulikan hanya karena kamu merasa kuat mengalami ini dan merasa mampu bertahan menangani ini setiap harinya, ingatlah, bahwa anakmu yang selalu menjadi saksi justru adalah "korban" yang sesungguhnya.

Stop Kekerasan Dalam Rumah Tangga