"Awas ada Ondel-Ondel!" Atau
"Jangan keluar rumah malem2, nanti ada setan!" Atau
"Pak Dokter, adek nggak mau makan nih, suntik aja, Pak Dokter!." Atau lebih halusnya mungkin "Tuh ada Pak Polisi, nanti ditangkep lho, ayo makan, Sayang."
Kalimat seperti itu kerap saya dengar dilingkungan saya. "Mengancam" atau menakut nakuti anak demi mencapai tujuan tertentu, seperti agar mau tidur, mandi atau makan, menjadi hal biasa yang dilakukan oleh para orang tua atau pengasuh pengganti baik nenek, tante maupun pengasuh anak (nanny). Mereka pikir itu baik, yang penting mau makan, begitu mungkin pikir mereka. Atau memang perilaku mengancam itu memang sudah turun temurun sebegitu lama hingga terdengar menjadi satu hal yang wajar disekitar kita?
Coba anda pikir, selagi kecil dulu, pernah nggak ngalamin hal itu? Maksut saya sebagai korban. Atau justru anda ternyata melakukan ancaman itu terhadap anak2 disekitar anda? Mungkin secara tanpa sadar?
Sadarkah anda bahwa hal yang sepertinya wajar berupa mengancam itu ternyata efek psikologisnya sangat buruk bagi anak?
Saya pribadi besar dengan ancaman2 seperti itu, maksut saya sebagai korban. Dan rupanya hal itulah penyebab saya menjadi begitu penakut seperti sekarang ini. Dan tanpa sadar, sebelum punya anak, saya yang kebetulan tinggal serumah dengan keponakan saya yang begitu lucu dan menggemaskan, rupanya juga senang menakuti keponakan itu dengan setan. Karena saya pikir memang itu hal yang wajar, maklum saya tumbuh di lingkungan seperti itu. Jadi misalnya saat dia jalan sama saya, saya tinggal kabur sambil teriak "Setaaaaan!" nanti keponakan saya lari terbirit2 kearah saya sambil meluk kenceng.
Buat saya DULU, hal itu lucu! Rupanya, efeknya buruk!
Sebagai korban, jujur aja, saya capek jadi anak yang penakut.
Jadi saya paling hanya buka sedikit jendelanya lalu di locked, karna dia udah bisa buka jendela sendiri, saya bilang "Segini aja cukup ya buka jendelanya" Dia gak tau aja Mamanya takutttt liat giginya sapi! X))
Pada umumnya saya takut semua hal : setan, tukang beling, ondel2, dan hampir semua binatang.
Ada masa2 dimana saya begitu menggilai cerita misteri (baik film maupun buku) ketika saya beranjak remaja. Hal2 yang diluar masuk akal begitu menarik hati buat saya, dari kecil, kira2 kelas 3 SD, saya mulai mengenal misteri Segitiga Bermuda, dan kebetulan salah seorang kakak saya punya buku yang membahas itu dari sisi islam yang mengatakan bahwa ada kerajaan jin dibawah laut Segitiga Bermuda, dari situ saya lalu mulai menggilai film2 horror atau thrill, juga cerita misteri dari komik jepang bergambar ataupun novel barat. Namun, seperti pada anak kecil lainnya, apa yang saya tonton dan saya baca ada saat2nya menguasai pikiran saya, membuat diri saya paranoid, akhirnya ada kalanya saya takut ke kamar mandi, jarang sih sampe minta temenin, tapi biasanya kalo lagi takut gitu, selesai dari kamar mandi saya selalu ngibrit ke ruang tamu atau ke kamar atau ke tempat lain dimana ada anggota keluarga saya. Kalau rumah lagi kosong, biasanya saya lewati dengan nonton tv atau membaca buku, atau mendengar musik. Well, kalau lagi situasinya begini juga nggak seberapa takut, paling nggak berani nonton film horror aja.
Begitu juga tiap kali lewat lorong gelap, kalo lagi nggak takut sih santai aja, tapi kalau lagi parno pasti mulut komat kamit baca ayat kursi nggak putus2, namun tetep aja pikiran sendiri yang justru bikin diri sendiri deg2an minta ampun.
Well, begitu hingga sekarang ini, diusia akhir 20an, saya makin sadar bahwa saya makin takut dengan binatang. Mulai dari yang kecil dan menjijikan seperti kecoa, kelabang, hingga ulat bulu, sampai ke yang ramah seperti kucing, ayam, bebek, sampai kelinci, atau kambing, sapi, juga kuda :(
Rasa takut saya paling enggak masih beralasan bagi saya.
Setan? Jelaslah hampir sebagian orang itu memang menakutkan.
Binatang? Jelas buat saya insting mereka jarang bisa ditebak. Kucing bisa tau2 nyakar, angsa bisa tau2 ngejar dan mau nyosor *kalo kata orang Bekasi gitu*, atau kambing bisa tau2 nyeruduk? Buat saya semuanya bisa aja terjadi, jadi wajar saya takut.
Serangga? Well yaudah sih emang rata2 menjijikan bukan?
Tapi sahabat baik saya jaman kuliah dulu ada lho yang takut badut. Iya, badut, mahluk lucu yang menggemaskan itu.
I mean she was almost 20years old back then, masa masih takut badut sih? Kalo masih anak2 wajarlah.
Kalo dipikir2 sih simple aja ya kayanya, anggeplah 'Yaudah sih, hindarin aja kalo ada badut, nggak sering juga kan ketemu badut?'
Well its totally right. Tapi tahu nggak kalau ternyata hingga sekarang ini dia masih menghindari tempat hiburan yang menyenangkan kaya Dufan? Iya, tempat yang buat semua orang menyenangkan itu. Dia mungkin lebih milih tidur di rumah daripada diajak ke Dufan atau tempat menyenangkan lain yang sekiranya ada badut, cuma gara2 dia memang takut dari kecil.
Atau kalau lagi ke mall dan kebetulan menjelang Hari Natal, pasti dong biasanya ada Santa Klaus, kalo dari jauh dia lihat ada Santa Klaus, pasti dia ngajak cari jalan lain. Ya, dia takut segala macam manusia yang mengenakan kostum. Bela2in muter jalan kalo perlu, asal nggak ada badut.
See, ternyata nggak sesimple itu kan?
Atau kalau lagi ke mall dan kebetulan menjelang Hari Natal, pasti dong biasanya ada Santa Klaus, kalo dari jauh dia lihat ada Santa Klaus, pasti dia ngajak cari jalan lain. Ya, dia takut segala macam manusia yang mengenakan kostum. Bela2in muter jalan kalo perlu, asal nggak ada badut.
See, ternyata nggak sesimple itu kan?
Well, paling enggak, saya sadar begitu saya punya anak. 27tahun. Belum seberapa telat.
Namun sayangnya orang2 disekitar saya yang jauh lebih tua dan punya anak buanyak, masih seneng banget ama metode "ancam" dan "menakut2i" anak tersebut.
Ada geluduk atau petir, atau mati lampu, anak langsung ditarik tiba2 dan dipeluk kenceng, itu justru yang membuat anak menjadi tumbuh rasa takutnya. Kalo anak sendiri silahkan aja kalau mau dibesarkan dengan cara seperti itu, as long as you deal with it, tapi jangan berani2 praktek ke anak gue yak, cape keleussss punya anak penakut, digelendotin terus shayyyy. Makanya saya selalu mengamati bagaimana cara orang lain disekitar saya berinteraksi dengan anak2, kalau nggak cocok dengan metode didik saya, paling saya liatin aja sih, and secara diem2 saya hindari jangan sampai saya meninggalkan anak saya tanpa pengawasan saya dengan orang tersebut dalam waktu yang lama (lebih dari 15menit buat saya udah cukup lama).
Mengenal rasa takut itu memang baik, tapi buat saya, mengajarkan anak berhati2 itu jauh lebih baik lagi ;)
Mengenal rasa takut itu memang baik, tapi buat saya, mengajarkan anak berhati2 itu jauh lebih baik lagi ;)
Maka, saya punya anak sekarang ini, nggak pernah saya kenali rasa takut. Mungkin saya akan ajari dia untuk lebih hati2.
Tiap kali menghadapi ketakutan saya, saya nggak pernah tunjukin reaksi berlebihan. Berusaha biasa aja. Never scream, dont freak out. Jangan lantas memeluk anak atas keadaan tiba2 dan tidak biasa yang sebenarnya hal normal, maksut saya ketika mendengar geluduk kencang atau mati lampu atau ada binatang yang tidak semestinya disana. Justru bereaksi berlebihan itu yang sebenarnya jadi pemicu untuk anak jadi takut. Sikap orang disekitarnya mempengaruhi sifat dia.
Mati lampu atau gelap? Saya diemin aja, paling saya bilang "Stay where you at, dont go anywhere, Baby O" atau "Its okay, just come here and let just sit beside Mama" sampai akhirnya saya bisa nyari penerangan pengganti. So far it works, paling kalau mati lampu dia bilang "Yaaaah" aja. Untungnya sih dirumah jarang sekali mati lampu :)
Geluduk, Petir, Kilat? Saya juga biasa aja, sekenceng apapun saya paling sebut asma Allah aja lalu saya bilang "Kenceng banget geluduknya Oufar, diluar hujan, jadi ada geluduk." Untungnya anak saya terbiasa di dalam rumah most of the time.
Petasan atau Kembang Api? Saya ajak nonton petasan kembang api yang biasanya ada tiap tahun baru itu :) Tapi dari jauh, dan nggak pernah kita main2, tau sendiri kan saya sebenernya juga takut hihi jadi hanya nonton aja. Jadi paling kalau dia denger dia minta untuk dibawa keluar biar bisa liat, "Mama, Mama, woks pissss" maksutnya 'Mama, fireworks please.' x)) Karena dia udah kenal suaranya.
Setan atau Hantu? Nggak kenal :) Makanya jangan kasih nonton channel tv Indonesia, rata2 tayangannya nggak bermutu. Mudah2an anak saya bisa bertahan sampai besar.
Polisi? Lha orang aparat negara kok malah dibuat nakut2in sih? Kalo saya sih malah ajarin Baby O to show some respect to them, seperti "Selamat siang, Pak Polisi. Selamat bertugas." Atau "Thank you, Pak Polisi udah mengatur jalan untuk kita" jadi Baby O lebih tau tugas polisi itu apa.
Tukang beling? Ini kerjaan Mama saya banget nih, sampe sekarang saya kalo liat Tukang Beling yang bawa karung dan pencungkil suka rada waswas gara2 kecilnya kalo nggak mau tidur siang suka diancem nanti diculik Tukang Beling dan dimasukin dalam karungnya :( So far sih belom pernah ketemu bareng Baby O, paling kalo ketemu ya saya ajak dia untuk say "Hi" aja.
Ondel ondel? Malah saya ajak keluar kasih uang, lalu shake hands, dada2, kiss bye. Jadi tiap kali ada ondel2 dia pasti minta shake hands :) Jangan lupa selalu beri anak compliment berupa pujian seperti "Ah, Oufar, good boy!" setiap kali dia bersikap berani.
Anjing menyalak2? Kebetulan tetangga saya punya, kalau lewat dia suka menyalak dan berusaha keluar, pagernya terkunci, jadi saya aman, tapi dulu saya pernah complain ke si tetangga, saya bilang "Anjing anda sebaiknya dirantai kalau lagi diteras, jadi nggak neror orang setiap kali ada yang sedang lewat. Kalau nggak mau dirantai ya cover pagar anda rapat2 dong atau kunci aja didalam rumah.", si tetangga dableg aja tuh, jadi sekarang tiap saya lewat sama anak saya, meski hati deg2an dan dengkul lemes liat monjong anjing dan giginya yang bertaring berusaha menyeruak jeruji2 besi pagar, saya berusaha calm down dan tidak mempercepat langkah, makanya so far Baby O ngikutin saya kalau liat, bilang "Hello doggy, gukgukguk" atau kalau pas lewat "Bye, bye, doggy" sambil melambaikan tangan dan senyum2.
Serangga? Seperti kecoa, lebah, atau yang lain. Saya juga paling bilang "Baby O ada kecoa, ewww, jorok." Lalu saya pindahin dia ke tempat aman lalu saya bilang "You stay here, Mama usir kecoa dulu ya, he suppose to be not inside house, Sayang"
Dokter? Nah ini yang paling secara tidak langsung sering kali buat anak takut. Memang rata2 anak2 suka trauma tiap kali masuk ke ruangan dokter akibat sering disuntik imunisasi misalnya. Namun ini juga profesi yang baik lho, sayang banget kalo anak sampe takut dengan profesi yang mulia ini. Siapa tahu anak anda malah calon dokter bedah terkenal nantinya, ya kan. Kalau tips saya, buat suasana jadi menyenangkan. Saat mau ke dokter, biasakan sebut namanya, misalnya "Sayang, kita ketemu Dokter Endah yuk?" Lalu saat masuk ke ruangan,
kalo saya langsung bilang ke Dokternya "Maaf Dok, boleh saya high-five
dulu dengan anda biar anak saya lebih relax?" Lalu tos lah saya dengan
si Dokter, begitu juga anak saya yang pasti pengen ikutan high five.Mostly it works. Kalau sudah selesai, kasih mainan baru yang anda bawa dan berikan kepada Dokternya untuk diberikan kepada anak anda, mainan simple aja misalnya seperti mobil2an plastik, atau bola ukuran kecil, atau boneka genggam, dengan begitu, anak akan mendapat kesan menyenangkan tiap kali ke dokter meski harus disuntik atau diperiksa.
Well so far berhasil. Saya senang anak saya bukan anak yang selalu merengek tiap kali denger geluduk atau mati lampu. Makanya saya selalu juga peringati orang sekitar, biar nggak bereaksi berlebihan.
Lucunya, waktu itu di Taman Safari, tiap kesana minta jendela mobil dibuka lebarrrrr! Well i never like animals gara2 takut, tapi sejak punya Baby O, Taman Safari jadi salah satu tempat liburan favorit, melihat reaksi takjub dia tiap kali lihat binatang dimana2 membuat saya rela datang lagi dan lagi.
![]() |
Rela foto sama gajah demi Baby O meski sebenernya takut luar biasa sampe jantung berdebar kencang karena gajahnya nggak mau diam dan selalu bergerak kesana kemari. |
Jadi saya paling hanya buka sedikit jendelanya lalu di locked, karna dia udah bisa buka jendela sendiri, saya bilang "Segini aja cukup ya buka jendelanya" Dia gak tau aja Mamanya takutttt liat giginya sapi! X))
Lucunya di tempat macan pertama kali, dia ngambek minta dibuka jendela mobilnya hihihi tulung!
Well, paling enggak saya udah mengusahakan metode yang saya tahu lebih baik daripada metode yang saya alami saat saya dibesarkan. Semoga bisa berhasil sesuai dengan harapan saya yaitu punya anak yang nggak penakut :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar